Daftar isi

Senin, 09 Januari 2012

Sasha, Alyssa dan Pak Anton 1

Sasha adalah seorang seorang eksekutif muda berusia 26 tahun yang sudah lumayan lama bekerja sebagai sekretaris sebuah perusahaan multinasional. Sikapnya yang ramah dan lembut membuat ia disukai oleh rekan-rekannya di kantor. Sasha memiliki wajah yang amat cantik khas wanita oriental yang sering dibanding-bandingkan dengan wajah artis-artis Jepang, hal itu wajar karena ayah Sasha adalah orang Jepang asli yang merantau ke Indonesia, sehingga Sasha berdarah Jepang campuran. Salah satu daya tarik Sasha adalah rambut hitam panjangnya yang lurus dan indah yang ikut menyempurnakan kecantikan wajahnya selain tubuh Sasha yang proporsional dengan tinggi 160 cm yang juga merupakan nilai tambahnya
Sebagai keturunan Jepang, Sasha juga diberi nama Izumi Toyama oleh ayahnya, namun ia lebih suka memakai nama Sasha karena lebih familiar dilingkungan kantornya yang mayoritas adalah orang-orang Indonesia asli.

Kecantikan Sasha juga menarik perhatian para laki-laki di kantor itu. Sasha sering dijadikan bahan obrolan dan fantasi mereka sehari-hari. Sayangnya, mereka tidak bisa berharap terlalu banyak karena Sasha sudah memiliki seorang suami bernama Aldy yang menikahinya 3 tahun lalu. Apalagi Sasha telah dikaruniai seorang putri yang berusia 2 tahun bernama Alyssa hasil dari pernikahannya dengan Aldy. Aldy sendiri bekerja di bagian keuangan perusahaan itu dan bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan dan perpajakan. Tak heran, banyak juga laki-laki yang seringkali iri dengan keberuntungan Aldy yang berhasil memperistri wanita secantik Sasha.
Namun, walaupun Sasha telah berstatus sebagai istri Aldy, hal itu tidak mengurungkan niat beberapa lelaki di kantornya untuk mengincar Sasha. Mereka merasa Sasha bagaikan intan yang begitu berkilau dan amat sayang untuk dilepas. Termasuk diantaranya adalah Pak Anton, seorang direktur cabang sekaligus supervisor Sasha yang telah lama mengincar anak buahnya itu. Berbagai cara telah dilakukan Pak Anton untuk mendekati Sasha namun Sasha selalu berusaha sebisa mungkin untuk menghindar dari Pak Anton. Apalagi Sasha sudah berkeluarga dan ia amat mencintai suaminya. Sikap Sasha ini juga dinilai wajar oleh para pegawai kantor itu karena selain sikap ngototnya dan usianya yang sudah nyaris berkepala lima, tubuh Pak Anton yang tambun dan kepalanya yang agak botak membuatnya tidak begitu disukai para pegawai perempuan yang cenderung menjauhinya, apalagi Pak Anton terkenal genit dan sering menggoda pegawai perempuan di kantornya. Mungkin itulah sebabnya Pak Anton masih melajang seumur hidupnya walaupun ia amat kaya.

Suatu hari, kantor Sasha diminta oleh kantor pusat untuk menyiapkan dokumen-dokumen kontrak yang harus dikirim ke luar negeri besok harinya, sehingga Sasha terpaksa harus lembur dan mempersiapkan dokumen-dokumen itu dalam waktu sehari penuh. Kebetulan, pak Anton juga ikut lembur sebagai supervisor Sasha yang harus memeriksa dokumen-dokumen yang dipersiapkan oleh Sasha. Sementara itu, Aldy sudah terlebih dulu pulang dari sore karena tidak ikut lembur hari itu. Saat pulang, Aldy sudah meminta Sasha untuk pulang sendirian karena mobil mereka belum selesai diperbaiki di bengkel.
Akhirnya, setelah bekerja seharian penuh, semua dokumen itupun berhasil terselesaikan oleh Sasha. Waktu di jam dinding telah menunjukkan pukul 11.20 malam. Sasha pun merasa amat lelah dan mengantuk, walau demikian, ia masih harus mengantarkan dokumen itu ke ruangan Pak Anton. Sasha pun segera mengantarkan dokumen itu ke ruangan Pak Anton. Sesampainya di ruangan itu, Sasha segera menuju ke meja Pak Anton. Walaupun sebenarnya ia juga merasa malas untuk bertemu atasannya yang terkenal genit itu.

“Pak, ini semua dokumennya sudah saya kerjakan. Sisanya tinggal diperiksa saja sebelum dikirim ke pusat.” Ujar Sasha sambil menyerahkan dokumen-dokumen itu ketangan Pak Anton.
“Oh, iya! Bagus sekali Sasha. Bagaimana dengan surat-surat perjanjian kontrak, sudah kamu kerjakan juga?” tanya Pak Anton.
“Sudah Pak. Baru saja saya faks ke kantor pusat. Besok mungkin konfirmasinya akan kita terima.”
“Baguslah kalau begitu.”
“Terima kasih, pak. Apa masih ada yang perlu saya siapkan?” tanya Sasha. Sasha sudah tidak sabar untuk pulang karena ia merasa lelah sekali setelah bekerja dari pagi. Apalagi ia cemas kalau ia tidak bisa pulang karena sulit untuk mendapatkan transportasi untuk pulang pada waktu tengah malam seperti itu.
“Oh, tidak. Kamu boleh pulang sekarang. Terima kasih, Sasha.” jawab Pak Anton.
“Sama-sama, Pak.” Sasha menjawab dengan riang, akhirnya ia terbebas dari beban pekerjaannya. Sasha segera beranjak keluar dari ruangan Pak Anton.
“Oh ya, Sasha!” belum sempat kenop pintu ruangan itu dipegang Sasha, tiba-tiba Pak Anton memanggilnya dari belakang.
“Ada apa, Pak?” ujar Sasha dengan nada agak kecewa.
“Malam minggu ini kamu ada waktu? Bagaimana kalau kita makan malam di Kemang? Saya dengar masakan disana enak-enak!” ajak Pak Anton pada Sasha. Sasha menghela nafas menahan kesabarannya. Hari ini masih hari Selasa, namun ini sudah keempat kalinya Pak Anton mengajaknya untuk makan malam. Memang supervisornya yang satu ini lumayan ngotot dan perlu kesabaran ekstra untuk mengatasinya. Kalau saja Pak Anton bukan direktur cabang, sudah pasti Sasha akan melaporkannya ke atasan.

“Maaf Pak, sepertinya saya tidak bisa.” Tolak Sasha dengan halus.
“Kenapa?”
“Kebetulan saya harus pergi ke rumah mertua saya hari Sabtu ini.” Kilah Sasha.
“Oh ya? Kamu sepertinya sibuk sekali. Dua hari ini saya ajak makan siang kamu juga menolak. Atau, kamu memang tidak mau makan bersama saya?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam dan dahi yang mengrenyit.
“Tidak, Pak. Soalnya minggu ini kita memang sibuk sekali, hari ini saja saya harus lembur padahal saya tidak ikut makan siang tadi…” Sasha berusaha memberi alasan yang masuk akal pada Pak Anton dengan harapan atasannya itu mau mengerti, walaupun dalam hatinya ia memang tidak mau pergi bersama Pak Anton.
“Ya sudah kalau begitu. Mungkin kapan-kapan kita bisa makan bersama kalau kamu sempat.” Ujar Pak Anton.
“Ya Pak” jawab Sasha. Sasha merasa agak lega karena tampaknya ia berhasil meloloskan diri dari permintaan Pak Anton untuk sementara. Walaupun ia tahu bahwa Pak Anton pasti tidak akan menyerah begitu saja. Sasha segera keluar dari ruangan Pak Anton.

“Huff…” Sasha menghela nafas sejenak dan menyandarkan tubuhnya ke dinding.
“Eh, kenapa Sha?” terdengar suara wanita yang memanggilnya. Sasha menoleh ke arah suara itu dan ia melihat rekannya, Sherly, sedang berdiri disampingnya sambil memegangi dokumen-dokumen lainnya.
“Ah, nggak apa-apa, Sher.”
“Yakin tuh? Mukamu kelihatan lelah banget!” tanya Sherly dengan raut wajah khawatir.
“Iya, soalnya aku dari pagi harus mengetik dokumen untuk Pak Anton. Akhirnya kelar juga deh…” ujar Sasha sambil menghela nafas.
“Yaah… Kamu sih, supervisornya Pak Anton. Terus bagaimana tuh? Kamu diapa-apain nggak?” tanya Sherly seraya melirik ruangan Pak Anton.
“Diajakin makan bareng lagii…” jawab Sasha sedikit kesal.
“Heeh?! Udah yang keberapa kali tuh minggu ini?” tanya Sherly seolah tidak percaya. Sasha menaikkan tangannya dan mengacungkan 4 jari-jari lentiknya dihadapan Sherly dengan raut wajah masam.
“Udah, sabar aja dulu! Siapa tahu nanti dia dimutasi ke cabang lain? Lagian kamunya juga sih! Siapa suruh cantik?” goda Sherly sambil tersenyum dan mencubit pipi Sasha.
“Aduuh! Dasar usil!” protes Sasha sambil melepaskan cubitan Sherly di pipinya.
“Oh iya! Sha, ini ada titipan dari Pak Leo ke Aldy. Tolong kamu serahkan sesegera mungkin karena katanya penting!” ujar Sherly sambil menyodorkan sebuah disket ke Sasha.
“Memangnya apa sih isinya?” tanya Sasha sambil menerima disket itu.
“Tahu deh? Mungkin data keuangan yang diperiksa Pak Leo.” Jawab Sherly ragu-ragu.
“Ooh, iya deh. Nanti kuserahkan ke Aldy!” ujar Sasha.
“Ya sudahlah! Kamu sudah mau pulang kan? Cepat bereskan barang-barangmu sana! Nanti dipanggil Pak Anton lagi lhoo…” ejek Sherly.
“Nggak mauu! Ya sudah! Aku pulang dulu ya, Sher!” seru Sasha yang segera berlalu ke mejanya. Sasha segera mengemas barang-barang di mejanya kedalam tasnya. Mungkin karena terburu-buru, Sasha lupa memasukkan disket untuk Aldy kedalam tasnya. Tanpa sempat memeriksa barang-barangnya lebih lanjut, Sasha segera berlari keluar dari kantornya menuju halte bus secepat mungkin karena ia mengejar bus terakhir malam itu.

Sementara itu, Sherly baru melihat disket titipan Pak Leo yang tertinggal diatas meja Sasha. Sherly dengan buru-buru membawa disket itu Sasha dan segera berusaha mengejar Sasha. Namun dalam perjalanan keluar, Sherly berpapasan dengan Pak Anton yang baru keluar dari ruangannya.
“Lho, ada apa Sherly? Kok buru-buru?” tanya Pak Anton.
“Saya mau menyusul Sasha, Pak! Ada disket titipan Pak Leo untuk Pak Aldy yang tertinggal!”
“Oh, kalau begitu, serahkan saja disket itu ke saya. Besok akan saya serahkan ke Sasha.” Usul Pak Anton.
“Tapi Pak…”
“Sudah, tidak apa-apa! Sasha mungkin sudah pulang sekarang kan? Lagipula saya supervisornya, jadi besok saya pasti bertemu dengannya. Atau, kamu tidak percaya dengan saya?” tanya Pak Anton sambil melirik tajam kearah Sherly.
“Ti…tidak Pak! Ini disketnya. Tolong diserahkan ke Sasha atau Pak Aldy besok.” Jawab Sherly yang kalah dengan kengototan Pak Anton sambil menyodorkan disket itu.
“Nah, begitu dong!” Pak Anton tersenyum sambil menerima disket itu dari tangan Sherly. Pak Anton lalu berlalu masuk kembali kedalam ruangannya. Meninggalkan Sherly yang masih kebingungan.

Beberapa saat kemudian, Pak Anton akhirnya menyelesaikan pemeriksaan dokumen-dokumen yang diketik oleh Sasha. Ia merasa puas dengan hasil kerja anak buahnya itu. Pak Anton segera beranjak untuk pulang. Namun sebelumnya, ia merasa penasaran akan isi disket yang ditujukan ke Aldy. Maka Pak Anton kembali menyalakan komputernya dan memasukkan disket itu. Selama beberapa saat, Pak Anton membaca isi disket itu. Ia tersenyum lebar saat mengamati data-data dalam disket itu.
“Hmm… menarik! Benar-benar menarik!” ujarnya sambil tersenyum menyeringai.

Sementara itu, Sasha akhirnya tiba di rumahnya. Sesampainya di ruang tamu, Sasha segera disambut oleh Aldy yang sudah menunggunya dari tadi
“Met malam, sayang. Bagaimana lemburnya?” tanya Aldy sambil tersenyum pada Sasha.
“Aah… capeek…” jawab Sasha sambil melemaskan otot-ototnya.
“Ya sudah, ayo cepat tidur. Sudah hampir jam 1 lho…”
“Iya, iyaa… maunya juga begitu, Aldyy…” Sasha menjawab dengan nada malas.
“O iya, tadi Pak Leo menitipkan disket untukku, tidak?” tanya Aldy tidak sabaran.
“Idiih… dasar!! Yang ditungguin rupanya disket itu ya? Bukan aku ya?” balas Sasha dengan raut wajah merengut.
“Bukan begitu. Aku juga nungguin kamu kok, Sha! Cuma isi disketnya penting sekali, rahasia perusahaan.” Terang Aldy.
“Tenang saja. Ada kok di tasku!” jawab Sasha tersenyum sambil merogoh tasnya untuk mencari disket itu, namun ia panik karena tidak bisa menemukan disket itu dimana-mana.
“Eh, kok nggak ada?!” seru Sasha dengan panik. Anehnya, Aldy tampak lebih panik lagi.
“Yang benar, Sha? Kamu beneran bawa pulang kan?” tanya Aldy dengan wajah pucat.
“Aduuh! Pasti tertinggal di mejaku deh! Soalnya aku tadi kan buru-buru!”
“Astagaa! Kok bisa sih, Sha?” seru Aldy dengan bingung. Sasha makin penasaran dengan sikap Aldy yang begitu mencemaskan sebuah disket biasa.
“Besok kuambil deh! Memangnya isinya apaan sih? Kok kamu panik begitu?” tanya Sasha penasaran.

Aldy menghela nafas panjang untuk menenangkan diri. Ia lalu berbisik pelan ke telinga Sasha untuk menjelaskan isi disket itu. Sasha menyimak penjelasan itu dengan baik. Namun lama kelamaan matanya membelalak seperti terkejut saat mendengar penjelasan Aldy lebih lanjut.
“Ya ampun Aldyyy!!!” sontak Sasha berteriak setelah mendengar seluruh penjelasan Aldy.
“Kamu… kamu menggelapkan pajak?! Pak Leo juga?!” tanya Sasha dengan nada tinggi penuh emosi pada Aldy.
“Ssst! Jangan keras-keras, Sha!” bujuk Aldy pada istrinya yang mulai panik itu.
“Kenapa sih kamu sebodoh itu?! Untuk apa kamu menggelapkan pajak? Bagaimana kalau ketahuan?!! Kita bisa dipecat dan kamu bisa dipenjara tahu!!” seru Sasha.
“Iyaa… aku tahu! Tapi kita butuh uang untuk keperluan sehari-hari.”
“Itu bukan alasan! Kita kan masih punya gaji!! Bagaimana kalau ada yang tahu?!” tanya Sasha penuh kepanikan.
“Ya sudahlah, kamu tenang saja, Sha. Besok kamu ambil saja disketnya di mejamu dan langsung saja serahkan ke aku! Lagipula disketnya cuma bisa dibuka oleh pegawai supervisor keatas. Jadi kita bisa tenang sementara” jawab Aldy berusaha menenangkan Sasha.

Sasha hanya menghela nafas pelan. Ia tidak mau berbicara lebih lama lagi dengan Aldy, lagipula ia sudah amat kelelahan dan kepalanya sudah penuh dengan rasa penat dari tadi pagi. Persoalan Aldy semakin menambah masalahnya saja dan Sasha sudah tidak mau berpikir lebih lama lagi. Sasha segera beranjak pergi ke kamar tidurnya dan tidur dengan keadaan galau tanpa bicara sepatah katapun ke suaminya itu. Tidak jauh berbeda dengan Sasha, Aldy juga terpaksa tidur dengan perasaan kacau. Mereka berdua hanya bisa berharap kalau disket itu tidak ditemukan oleh siapapun hingga diambil oleh Sasha esok harinya.

Esoknya, Sasha segera berangkat ke kantornya pagi-pagi sekali dengan penuh kecemasan. Semoga saja tidak ada yang sempat melihat isi disket itu sebelum ia tiba dikantor. Sesampainya di kantor yang masih dalam keadaan sepi, Sasha tidak menyia-nyiakan waktu lagi. Segera dicarinya disket itu di atas mejanya beserta dengan tumpukan berbagai dokumen yang sekarang tersusun diatas mejanya. Sasha semakin panik dan bingung saat ia tidak berhasil menemukan disket itu. Padahal ia sudah mencari di tiap jengkal meja kerjanya, namun hasilnya nihil. Sasha yakin kalau disket itu terakhir kali ditaruhnya diatas meja kerjanya itu.

“Pagi, Sasha!” tiba-tiba suara panggilan dari seorang pria mengejutkan Sasha. Sasha menoleh dan ia melihat Pak Anton sudah berdiri dibelakangnya. Perasaan Sasha makin kacau dengan munculnya pria yang paling tidak ingin ditemuinya saat itu. Namun Sasha berusaha mengontrol emosinya.
“Pa…pagi, Pak!” jawab Sasha gagap.
“Wah, kenapa pagi-pagi begini sudah rajin?” tanya Pak Anton sambil tersenyum pura-pura tidak mengetahui masalah Sasha.
“Eh… tidak pak! Kemarin ada yang ketinggalan!”
“Apa yang ketinggalan, Sasha? Disket?” tanya Pak Anton dengan santainya. Sasha bagaikan disambar petir mendengar pertanyaan Pak Anton itu. Berarti ada kemungkinan bahwa benda yang paling ingin dirahasiakannya malah sekarang berada di tangan orang yang paling berbahaya di kantor itu. Apalagi Pak Anton termasuk orang yang bisa mengakses isi disket itu.
“Ba… bapak, disketnya ditempat bapak?!” tanya Sasha seolah tidak percaya.
“Hmm… Begini saja, bagaimana kalau kamu sekarang ikut ke ruangan saya?” ujar Pak Anton yang segera berjalan masuk ke ruangannya dengan diikuti oleh Sasha yang gelisah. Sasha tidak bisa menyembunyikan rasa tegang dan kegelisahannya yang terpancar jelas di raut wajahnya

“Sasha, kenapa kamu gelisah begitu? Sayang lho wajah cantikmu jadi muram begitu.” Goda Pak Anton dengan santainya. seraya merebahkan dirinya di kursi kerjanya sementara Sasha duduk perlahan-lahan di hadapan Pak Anton. Sasha berusaha untuk tidak menghiraukan godaan Pak Anton, sekarang ia hanya fokus untuk mendapatkan kembali disket itu dan menjaga rahasia Aldy.

“Kamu tahu, Sasha? Kemarin saya baru mengetahui kalau perusahaan kita bemasalah!” Sasha terhenyak mendengar perkataan Pak Anton itu. Apa mungkin Pak Anton sudah mengetahui rahasia Aldy? Perasaan Sasha kian berkecamuk, namun ia tetap berusaha untuk menenangkan diri.
“Ma… masalah apa, Pak?” tanya Sasha berusaha untuk menutupi kegalauannya.
“Begini, saya baru tahu kalau bagian keuangan perusahaan ini rupanya tidak beres! Padahal saya merasa kalau Pak Leo adalah orang yang jujur dan cermat. Rupanya pendapat saya salah!”
“Maksud… Bapak?”
“Disket yang kamu cari itu berisi bukti-bukti penggelapan pajak oleh Pak Leo yang dibantu oleh suamimu, kan?” seketika itu juga tubuh Sasha terasa lemas mengetahui kenyataan bahwa rahasia Aldy sudah diketahui oleh Pak Anton. Kepala Sasha sudah tidak bisa berpikir lagi karena kepanikannya dan rasa putus asa yang menyelimuti tubuhnya dengan pekat.
“Tidak… pak…”
“Jangan berkilah Sasha, kamu tahu tentang penggelapan ini kan? Ini berarti kamu terlibat dalam kasus ini! Buktinya, hari ini kamu sengaja datang ke kantor pagi-pagi sekali untuk mengambil disket itu!” ujar Pak Anton menakut-nakuti Sasha.
“Tapi…” jawab Sasha dengan nada panik, kini ia malah ikut terlibat dalam kejahatan suaminya itu. Padahal tadinya ia sama sekali tidak bersalah dalam perkara ini.

“Kamu tahu, kalian bisa dipenjara karena penggelapan ini! Lihat, jumlah uang yang digelapkan sudah sejumlah 530 juta rupiah! Disini juga ada bukti transfer uang ke rekening suamimu oleh Pak Leo.” ujar Pak Anton sambil menunjukkan angka-angka dan perincian di komputernya pada Sasha. Memang Sasha bisa melihat didalam disket itu tertulis lengkap aliran dana penggelapan itu dan termasuk didalamnya beberapa nama yang bertanggung jawab. Sasha tertegun melihat jumlah nominal 85 juta rupiah yang ditujukan ke rekening Aldy. Bagaimana mungkin Ia tidak menyadari uang sebanyak itu masuk kedalam rekening suaminya? Sasha semakin menyesali sikapnya yang tidak pernah mengontrol kegiatan Aldy sehari-hari.
“Nah, sekarang kita masuk ke pokok permasalahannya!” ujar Pak Anton dengan raut muka serius. Ia tahu kalau ini adalah kesempatan emasnya untuk menaklukkan Sasha, incarannya dari dulu itu. Namun, terlebih dahulu, ia harus memastikan bahwa Sasha dalam keadaan tidak bisa menolak permintaannya lagi.

“Saya tidak bisa berdiam diri melihat adanya tindakan penggelapan yang merugikan perusahaan ini. Bagi saya, ini adalah sesuatu yang tidak boleh dibiarkan, apalagi sekretaris saya terlibat! Apa boleh buat, saya terpaksa melaporkan kalian ke aparat kepolisian!” ancam Pak Anton.
“Tapi… tapi Pak…” Sasha mulai menangis sesunggukan. Ia merasa amat takut mendengar ancaman Pak Anton. Apalagi saat mendengar kata “polisi”. Sasha takut apabila mereka dipenjara. Siapa yang akan menjaga Alyssa, buah hati mereka yang masih kecil? Lagipula mereka tidak bisa lagi memperlihatkan muka mereka karena rasa malu akibat kasus ini belum lagi rasa malu yang akan ditanggung Alyssa kelak.

“Tolong Pak… Saya akan berusaha untuk mengembalikan semua uang itu sesegera mungkin… Saya… saya juga baru tahu soal penggelapan ini dari Aldy kemarin malam…” jelas Sasha dengan suara terbata-bata.
“Ini bukan masalah uang, Sasha! Ini masalah integritas! Kalaupun kamu mengembalikan uang itu, tidak ada jaminan kalau hal ini tidak akan terulang lagi!!” seru Pak Anton sambil melabrak mejanya dengan keras sehingga Sasha terkejut dan semakin gemetar ketakutan. Dalam hati, Pak Anton tersenyum melihat reaksi Sasha yang semakin ketakutan. Pak Anton semakin gencar menakut-nakuti Sasha, apalagi dilihatnya raut wajah penuh keputusasaan Sasha seolah sudah pasrah menerima nasibnya.

“Pak… saya mohon!! Tolong jangan laporkan kami Pak… Saya bersedia melakukan apapun… asal bapak tidak melaporkan kami! Pak… Anak saya dirumah masih kecil… Kalau kami dipenjara, siapa yang akan merawatnya?” pinta Sasha dengan penuh keputusasaan.
Akhirnya! Seru Pak Anton dalam hati, itulah kata yang dari tadi ia tunggu-tunggu keluar dari mulut Sasha. Sekarang Pak Anton memperoleh kesempatan langka untuk mendapatkan incarannya sejak lama itu.
“Hmm… yah, saya bisa mengerti perasaanmu sebagai seorang ibu bagi anakmu. Saya bisa saja mendiamkan kejadian ini, tapi tentunya saya harus mendapat imbalan yang setimpal. Karena sebenarnya saya melanggar prinsip kejujuran dan integritas saya kalau saya menolong kalian.” Kata Pak Anton pongah.
“Apa saja pak… apapun yang bapak minta, pasti saya lakukan… tapi tolong jangan laporkan kami…” ujar Sasha.
“Kalau begitu, saya boleh minta kamu melakukan apapun?! Apa kamu serius?!” tanya Pak Anton dengan sorot mata tajam untuk memastikan takluknya Sasha.
“Iya Pak… Saya serius…” Sasha hanya mengangguk pelan dan tertunduk pasrah menjawab pertanyaan Pak Anton itu.

Pak Anton segera beranjak dari kursinya begitu mendengar pernyataan “kekalahan” Sasha itu. Ia lalu berjalan mendekati Sasha yang masih terduduk di kursinya dalam keadaan tertunduk lesu. Pak Anton mengamati tubuh Sasha secara seksama.
Betapa gemasnya dirinya melihat Sasha, si cantik yang sudah lama diincarnya terduduk tanpa daya di kursi itu. Tangan Pak Anton tidak sabar lagi menjamah tubuh mulus Sasha dan menikmati kelembutannya. Tapi Pak Anton berusaha menjaga kesabarannya, tentu saja Ia masih menyimpan dendam dengan Sasha yang seringkali tampak menghindarinya dan tentu saja Sasha harus dihukum atas perbuatannya itu. Namun hukuman apa yang cocok untuk Sasha?

Tiba-tiba, Pak Anton teringat dengan berita di pagi itu yang bertajuk “Kontroversi UU Nikah Siri”. Pak Anton tertawa lebar dalam hati. akhirnya ia berhasil menemukan cara yang sangat tepat untuk mempermalukan wanita cantik seperti Sasha.

“Ehm… Sasha!” Pak Anton mendehem sejenak dan memanggil Sasha.
“I…iya Pak…” jawab Sasha pelan.
“Begini. Saya baru saja memutuskan untuk menjaga rahasia kalian berdua! Tapi tentu saja ada syaratnya!”
Mendengar pernyataan Pak Anton, sejenak rasa gelisah dihati Sasha terlepas. Sekarang ia tidak perlu lagi khawatir akan rahasia Aldy yang terbongkar. Sasha berpikir bahwa syarat dari Pak Anton tentunya hanyalah untuk mengembalikan dana yang digelapkan, sehingga Sasha merasa kini ia hanya perlu mengembalikan uang itu.
“Terima kasih, Pak Anton! Terima kasih! Saya akan menuruti kemauan bapak! Uang itu akan segera saya kembalikan!” ujar Sasha dengan lega.
“Eeh? Tunggu dulu! Siapa yang menyuruh kamu untuk mengembalikan uang itu?” tanya Pak Anton dengan raut wajah mengrenyit.
“Ma…maksud Bapak?” tanya Sasha yang kembali kebingungan.
“Uang itu boleh kalian simpan! Saya tidak butuh uang kalian. Saya akan menganggap penggelapan ini tidak pernah terjadi dan bahkan disket ini akan saya kembalikan dengan satu syarat yang harus kamu penuhi sendiri dan tentunya itu tidak berkaitan dengan uang kalian!”
“A… apa Pak?” Sasha semakin penasaran dengan syarat Pak Anton.
“Saya minta kamu untuk menikah siri dengan saya!” jawab Pak Anton dengan tegas tanpa keraguan sedikitpun. Seketika itu pula Sasha serasa tersambar petir mendengar ucapan Pak Anton. Ia amat terkejut hingga tidak percaya akan syarat yang diucapkan Pak Anton barusan.

“Apa…?!”
“Wah, ternyata belum jelas ya?”, Pak Anton menggelengkan kepalanya sejenak. “Saya minta agar kamu menikah siri dengan saya! Kawin kontrak!” tegas Pak Anton sekali lagi.
Perasaan Sasha terguncang hebat saat kembali mendengar ucapan Pak Anton itu. Ia merasa dihina dan direndahkan sekali saat diberikan syarat seperti itu. Lagipula, ia sudah bersuami dan tidak mungkin ia memenuhi permintaan nikah siri Pak Anton yang juga berarti ia mengkhianati cinta suaminya itu.
“Tidak… tidak mungkin, Pak! Saya tidak mau!” Sasha segera beranjak pergi menuju pintu keluar ruangan itu. Namun belum sempat ia keluar, kembali terdengar suara Pak Anton dari belakang.

“Baiklah kalau begitu, saya rasa kalian harus siap menitipkan anak kalian di panti asuhan untuk sementara!” mendengar suara Pak Anton itu, sekujur tubuh Sasha terasa lemas dan tenaganya menghilang. Apalagi saat mendengar nasib yang menunggu anaknya itu.

“Pikirkan lagi, Sasha. Kamu bisa menjaga rumah tanggamu dan menyimpan uang kalian tanpa kurang sepeserpun dengan memenuhi syarat dari saya! Lagipula, kamu hanya akan menikah siri, dan mas kawin kita bisa kamu simpan! Tentu saja, hal ini akan jadi rahasia kita berdua saja. Aldy dan orang lain tak perlu tahu! Saya bisa menjamin kerahasiaan pernikahan kita!” bujuk Pak Anton.
“Sasha, ingat kalau masalah ini adalah akibat ulah Aldy! Untuk apa kamu tetap setia padanya?! Dia yang membuatmu mendapat masalah seperti ini, bukan?!” tambahnya. Mendengar bujukan Pak Anton, membuat Sasha merasa tidak punya pilihan lain lagi.

“Kapan… pak?!”
“Hm?!”
“Kapan… bapak mau menikahi saya?” tanya Sasha dengan terbata-bata. Pak Anton tidak bisa menyembunyikan kegirangannya lagi. Akhirnya mimpinya sejak lama terwujud juga! Sasha, idola para lelaki di kantor akan segera menikah dengannya.
“Erhm! Kalau begitu, saya minta kamu untuk menyiapkan diri. Minggu depan, saya akan meminta Pak Leo untuk mengadakan perjalanan keluar kota dengan Aldy selama seminggu penuh, saya yakin dia tidak akan menolak saya dengan posisinya sekarang! Kamu sendiri, tolong siapkan keperluanmu untuk pernikahan kita nanti. Saya akan menjemputmu dan anak kalian begitu Aldy lepas landas!” terang Pak Anton.

Sasha hanya mengangguk pelan mendengar instruksi Pak Anton. Pak Anton lalu mengembalikan disket itu ke Sasha setelah mengcopy isi disket itu ke komputernya.

“Ini untuk jaminan.” ujar Pak Anton sambil tersenyum memuakkan saat mengcopy isi disket itu. “Kalau kamu macam-macam, kamu tahu akibatnya!” ancamnya kembali pada Sasha. Sasha hanya tertunduk lesu saat mengambil kembali disket itu. Begitu pulang, Sasha menyerahkan disket pada Aldy itu sambil menahan perasaannya seolah tidak terjadi apapun di kantor hari itu. Bagaimanapun juga, Sasha berusaha menjaga rahasia barunya itu demi keutuhan rumah tangganya dan juga untuk masa depan Alyssa.

Beberapa hari kemudian, semua yang dikatakan Pak Anton terjadi. Aldy dan Pak Leo terbang ke Sulawesi untuk urusan dinas. Tentu saja, Pak Leo terpaksa berangkat karena perintah Pak Anton yang merupakan atasan tertinggi di kantor itu, ditambah dengan sedikit “paksaan” berkaitan dengan penggelapan pajak itu. Namun baik Aldy maupun Pak Leo sama sekali tidak tahu apa tujuan Pak Anton sebenarnya. Sasha yang sudah tahu akan peranannya mempersiapkan dirinya sebaik mungkin. Pagi-pagi sekali, Pak Anton tiba dirumah Sasha dengan sedan berwarna putih sekitar jam 8 pagi. Pak Anton tersenyum melihat Sasha yang sudah menunggu dipekarangan rumahnya dengan menggendong Alyssa dan membawa sebuah koper besar.

“Wah, sudah lama ya menunggu? Ayo masuk!” ujar Pak Anton tersenyum sambil membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Sasha dan Alyssa masuk. Sasha segera menuruti perintah Pak Anton tanpa bicara sepatah kata pun. Koper Sasha dimasukkan ke bagasi dan mobil itu pun segera melaju ke daerah Puncak. Perasaan Sasha kacau balau dalam perjalanan itu. Kepalanya dipenuhi berbagai macam pikiran yang terus menyiksanya, apalagi kalau mengingat ia sedang mengkhianati Aldy saat ini. Pikiran Sasha terasa buntu karena kelelahan dan ia pun tertidur dalam perjalanan.

Akhirnya, mobil itu sampai di sebuah villa besar yang kemudian diketahui merupakan villa milik Pak Anton. Waktu saat itu menunjukkan pukul 12 siang saat itu. Mobil itu langsung diparkir masuk kedalam garasi dan Sasha dibawa masuk melalui pintu samping villa yang megah itu.
“Nah, Sasha. Kamu boleh bawa Alyssa untuk beristirahat di kamar lantai atas. Saya akan menunggu kamu diruang tamu.” Ujar Pak Anton sambil memberikan kunci kamar untuk Sasha. Sasha mengambil kunci di tangan Pak Anton dan menidurkan Alyssa di kamar itu. Setelah memastikan kalau Alyssa sudah tidur, Sasha segera beranjak keruang tamu untuk menemui Pak Anton. Pak Anton tersenyum lebar saat melihat Sasha turun dari lantai atas.

“Bagaimana, Alyssa sudah tidur?” tanya Pak Anton.
“Sudah pak…” jawab Sasha pelan.
“Bagus! Ingat, selama kamu ada di villa saya, kamu harus menuruti semua perintah saya tanpa menolak sedikitpun! Kalau kamu menurut, saya jamin kamu tidak akan menyesal, tapi kalau sekali saja kamu membangkang, saya akan memastikan kalau nasib rumah tanggamu hancur sama sekali! Kamu mengerti?!” ancam Pak Anton dengan suara keras. Sasha hanya mengangguk pelan. Sasha sudah tahu kalau sekarang ia sudah didalam cengkraman kekuasaan Pak Anton dan tidak mungkin lagi baginya untuk mundur. Sekarang ia hanya memasrahkan dirinya untuk menuruti kemauan Pak Anton.

Pak Anton segera beranjak berdiri dan mendekati Sasha. Pak Anton lalu berjalan berputar mengelilingi Sasha yang berdiri di tengah ruangan itu sambil mengamati tubuh molek Sasha. Senyum Pak Anton yang memuakkan tampak jelas saat melihat-lihat kulit putih mulus Sasha, pantat Sasha yang bulat dibalik celana jins yang dipakai Sasha maupun dada Sasha yang tampak membusung karena sempitnya blouse putih yang dipakai Sasha. Pak Anton merasa amat beruntung karena akan segera mendapatkan “istri” secantik Sasha. Wajah Pak Anton bagaikan anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru dan tidak sabar untuk memainkan mainan itu.

“Hmm… Pak penghulu baru bisa datang jam 4 sore nanti. Sekarang baru jam setengah 2. Kita punya banyak waktu untuk bersiap-siap!” gumam Pak Anton.

“Ayo, ikut saya!” Pak Anton menarik lengan Sasha dan membimbingnya ke kamar mandi. Sasha hanya mengikuti Pak Anton tanpa memberontak.
Sasha tertegun sejenak saat melihat luasnya kamar mandi villa itu yang dilengkapi bathtub marmer seperti sebuah kolam kecil. Pak Anton tidak lupa memberi wewangian lavender sehingga aroma lavender terpancar dari kamar mandi itu. Pak Anton lalu memutar keran air sehingga air hangat memancar dari keran dan mengalir memenuhi bathtub itu. Sambil menunggu air hangat memenuhi bathtub itu, Pak Anton segera melepaskan semua pakaiannya sehingga tubuhnya telanjang bulat tanpa sehelai benangpun. Sasha takjub saat melihat ukuran kemaluan Pak Anton yang sudah mengacung keras. Penis yang gemuk dan panjang itu berukuran jauh lebih besar daripada penis Aldy, sekitar 20 cm. Tonjolan otot urat kemaluannya terlihat jelas dan berkilat menantang.

“Ayo, kamu juga! Lepaskan semua bajumu!” perintah Pak Anton yang segera dituruti Sasha. Mula-mula Sasha menurunkan celana jinsnya sehingga terlihatlah sepasang jenjang kaki yang mulus dan indah. Paha Sasha yang padat dan bulatan elok pinggulnya tampak begitu indah dipadukan dengan pinggangnya yang ramping dan elok. Sebuah celana dalam putih masih terpasang melindungi daerah selangkangan Sasha. Pak Anton berdecak kagum melihat bayangan pantat Sasha yang bulat dan padat dibalik celana dalam putih itu. Jarang sekali dilihatnya wanita dengan pantat sebagus itu. Sasha kemudian melepas blousenya sehingga tubuhnya kini hanya tertutup oleh sebuah bra berwarna putih berenda dan celana dalam putihnya. Tubuh putih mulus Sasha tampak terawat dengan sangat baik. Payudaranya yang berukuran sedang namun padat tampak serasi dengan ukuran tubuh Sasha dan semakin mempercantik bentuk tubuhnya, walaupun dada cantik itu masih tertutup oleh mangkuk bra Sasha.
Sasha berhenti sejenak melepas pakaiannya, wajahnya tampak memerah karena malu dan keraguan terpancar jelas dari raut wajahnya.

“Lho? Kenapa ragu-ragu? Ayo, lepas semuanya! Atau kamu mau saya yang melepaskan?” hardik Pak Anton, namun Sasha hanya diam terpaku.
“Ya sudah kalau begitu!” Pak Anton mendekati tubuh Sasha. Tangan Pak Anton segera melepas kait bra Sasha sehingga bra putih berenda itu pun terlepas dan jatuh ke lantai, menampakkan kedua payudara Sasha yang kini menggantung indah di dadanya. Otomatis kedua tangan Sasha bereaksi cepat menutupi payudaranya. Namun Pak Anton sudah memegang kedua sisi pinggiran celana dalam Sasha dan melorotkannya dengan cepat melewati jenjang kaki mulus itu. Sasha tampak kebingungan untuk menutupi wilayah-wilayah vitalnya tapi Pak Anton langsung menarik turun tangan Sasha yang menutupi payudaranya. Akhirnya tubuh Sasha terpampang jelas, telanjang bulat dihadapan Pak Anton. Pak Anton tidak henti-hentinya berdecak kagum melihat keindahan dan kemolekan tubuh Sasha itu. Kewanitaan Sasha tampak terawat dan hanya tampak sedikit ditumbuhi rambut-rambut halus yang rapi. Mata Pak Anton langsung jelalatan melihat indahnya bentuk tubuh Sasha, yang bahkan tidak pernah dilihatnya di film-film porno

“Waduh… benar-benar badan yang bagus sekali!” puji Pak Anton. Sasha hanya memalingkan mukanya yang memerah karena malu. Baru kali ini ada orang yang melihat tubuh telanjangnya selain Aldy, suaminya itu.

PLAAK! “Aduh!” Sasha menjerit saat tangan Pak Anton menepuk keras bongkahan pantatnya yang mulus.
“Ayo, masuk ke bak mandinya!” perintah Pak Anton sambil mendorong pantat Sasha ke depan. Sasha pun terpaksa memasuki bathtub itu. Pak Anton lalu menyusul masuk dan merebahkan dirinya di sudut bathtub itu. Sasha hanya terduduk kebingungan dihadapan Pak Anton.

“Sha, ayo kesini!” ujar Pak Anton seraya melambaikan tangannya. Sasha dengan patuh mendekatkan dirinya ke tubuh Pak Anton. Pak Anton segera merangkul Sasha sehingga tubuh mereka berdua berhimpitan.
“Ayo, kamu menyandar di badan saya!” kata Pak Anton seraya menyandarkan tubuh lembut Sasha kedadanya. Sasha berusaha untuk menyamankan dirinya dengan bersandar di perut buncit Pak Anton yang kenyal seperti bantal itu, walaupun bulu-bulu lebat di dada Pak Anton terasa mengganggu punggungnya. Sasha berusaha menghilangkan pikirannya yang sedari tadi terus berkecamuk dengan cara menikmati air hangat itu. Selama beberapa saat, Pak Anton meresapi nikmatnya berendam di air hangat sambil ditemani seorang wanita secantik Sasha. Sesekali Pak Anton menciumi rambut panjang Sasha yang wangi ataupun memeluk erat tubuh Sasha, seolah meresapi kelembutan tubuh wanita cantik itu. Pak Anton tersenyum mensyukuri keberuntungannya. Sasha, si pujaan para lelaki di kantor itu kini sepenuhnya miliknya; akhirnya ia telah mendapatkan intan yang amat berharga itu.

“Sasha. Ayo kamu berdiri ditengah, sayang!” perintah Pak Anton sambil melepaskan pelukannya ditubuh Sasha. Sasha segera bergerak menuju ketengah bathtub itu dan berdiri mematung disana. Dengan air hangat setinggi lutut itu, tubuh Sasha tampak terpampang jelas. Kilatan air yang membasahi tubuhnya juga menimbulkan kesan sensual apalagi dengan uap-uap disekitar permukaan air yang seolah menciptakan panorama indah bagi pemandian seorang bidadari yang cantik seperti Sasha. Pak Anton sendiri tak hentinya terkagum-kagum melihat pemandangan itu.
Pak Anton segera beranjak keluar dari bathtub itu dan mengambil sebuah baki kayu yang berisi sabun, sponge, shampoo dan berbagai peralatan mandi. Pak Anton lalu kembali masuk kedalam bathtub itu dan berjalan mendekati Sasha.

“Nah, Bapak mandikan ya, Sasha?” tanya Pak Anton sambil tersenyum cengengesan. Sasha sendiri sudah tahu tujuan Pak Anton pasti berbeda dari hanya sekedar “memandikan” dirinya, namun Sasha juga tidak tahu apa rencana Pak Anton sesungguhnya. Bahkan Aldy sendiri yang tak lain merupakan suami Sasha tidak pernah bercinta dengannya di kamar mandi, sehingga Sasha masih belum berpengalaman tentang percintaan di kamar mandi.

“Hyaa?” Sasha menjerit kaget saat merasakan cairan sabun beraroma mawar yang sejuk dan licin itu dituangkan ke pundaknya sehingga meluber ke punggungnya yang mulus. Pak Anton mulai beraksi, tubuhnya ditempelkan di punggung Sasha dan digosokkannya sabun itu ke tubuh Sasha lewat tubuhnya seperti sebuah sponge. Sasha merasa agak risih karena tubuh Pak Anton yang berbulu lebat itu bergesekan dengan tubuhnya yang mulus, apalagi saat merasakan penis Pak Anton yang besar itu sesekali bersentuhan dengan pantatnya seiring dengan gosokan tubuh Pak Anton. Pak Anton sendiri berusaha untuk meresapi kelembutan tubuh Sasha yang digosok-gosok dengan badannya yang gemuk.
Pak Anton tidak cepat puas, ia lalu menuangkan sabun cair itu ketelapak tangannya dan segera meremas dada cantik milik Sasha dari belakang sambil sesekali mengusapkan sabun itu ataupun memencet puting susu Sasha dengan pelan, sehingga punggung dan dada Sasha kini dipenuhi dengan busa sabun.

“Achh…” desah Sasha pelan saat Pak Anton memencet puting susunya sambil mengocok-ngocok payudaranya. Sasha bisa merasakan kalau penis Pak Anton terasa agak sedikit membesar saat “memandikan” tubuhnya itu.

Perlahan-lahan, jangkauan tangan Pak Anton semakin turun kebagian bawah tubuh Sasha. Dengan pelan diusapkannya sabun itu ke perut ramping Sasha, jari kelingkingnya tiba-tiba mencolek pusar Sasha sehingga Sasha mengaduh pelan. Setelah menyabuni perut Sasha, Pak Anton lalu melanjutkan aksinya dengan menyabuni pinggang Sasha dengan pelan, seolah meresapi keelokan lekuk tubuh Sasha ditelapak tangannya.

“Nah, saya juga harus membersihkan tubuhmu di sini juga!” ujar Pak Anton sambil membelai pantat Sasha. Kembali sabun cair itu dituangkan Pak Anton, namun kali ini ke bongkahan pantat Sasha. Pak Anton lalu mulai memijat pelan pantat Sasha dengan kedua telapak tangannya.

“Aah… ehmm…” Sasha merasa agak rileks dengan pijatan itu. Pak Anton juga memijat pinggang Sasha dan menekan pinggul wanita itu, sehingga muncul gelombang rasa geli yang mulai mendera tubuh Sasha dari pantat dan pinggangnya. Lama kelamaan, Sasha pun mulai merasa gairah seksualnya terbangkitkan oleh rasa nyaman dan nikmat dari pijatan itu.
“Kya… Haah!” desahnya pelan saat Pak Anton menekan tulang pinggangnya.

“Sasha, lebarkan pahamu dan menungginglah!” perintah Pak Anton yang dituruti dengan patuh oleh Sasha. Sasha lalu menuju ke pinggiran bathtub itu dan menunggingkan dirinya di tepian bathtub itu. Pak Anton masih belum mau melepaskan tangannya dari pinggang dan pantat Sasha yang terus dipijatnya dengan sabun. Sekarang Sasha dalam posisi menungging dengan Pak Anton berjongkok dibelakang tubuhnya sambil terus memijati pantat Sasha. Lama kelamaan, Pak Anton tidak dapat menahan dirinya lebih lama lagi saat melihat pantat montok dan indah milik Sasha itu terpampang jelas dihadapannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar