Daftar isi

Jumat, 06 Januari 2012

Kisah Pahit Teman Baikku

Hi, saya akan menceritakan sebuah pengalaman pahit yang dialamin oleh teman saya. Dia adalah teman saya sekaligus menjadi adik angkat saya namun demi harga diri korban, makanya nama mereka terpaksa saya samarkan.

Saat kejadian ini berlangsung, saya sedang kuliah di Australia. Nama temanku adalah Lidya (disamarkan) usia 24 tahun tinggi 162 cm berat badan 48 kg. Pengalaman pahit ini terjadi di tahun 1997, di mana saat itu dia bersama dengan teman mainku saat aku masih dulu, Lina. Dengan tinggi 160 cm berat 55 kg, tubuh Lina boleh dibilang cukup montok sehingga orang sering menyebutnya ‘semok’ atau seksi dan montok. Tubuh Lina sangatlah terawat, walau pinggulnya besar dan usianya 28 thn, lekuk tubuhnya sangat indah, payudaranya yang berukuran 34B itu masih kencang dan kulitnya kuning langsat mulus. Hal ini disebabkan mereka sering fitness bersama dan mandi susu secara rutin di salah satu hotel di bilangan Sudirman.

Pada malam kelabu itu, seusai dari fitness kami mencari makan di daerah Tanah Abang. Lydia memakai blue jeans dan kaos biru tua sedangkan Lina memakai celana aerobik hitam ketat serta kaos putih tipis. Setelah berputar-putar beberapa menit mereka lihat ada warung sop kaki kambing yang ramai pengunjungnya. “Wah, pasti masakannya enak, kita makan disitu aja yuk”, ajak Lina. Lydia mengangguk saja sambil mencari parkir di dekat warung itu.Kami memesan 2 porsi sop kaki kambing dan nasi putih.

Singkat cerita kami makan sampai habis dan asyik ngobrol, sampai akhirnya kami sadar bahwa warung itu sudah sepi. Selain mereka, ternyata masih ada tiga pria yang sudah selesai makan. Seorang tinggi kurus satunya hitam kekar dan satunya lagi pendek gemuk berkumis. Ternyata mereka sedang menatap Lydia dan Lina sambil berbisik-bisik di antara mereka.

Pria yang tinggi kurus itu tanpa berkedip memandang Lina, mulai dari wajahnya yang cantik dan manis lalu ke tubuhnya yang saat itu terlihat jelas lekuk tubuhnya karena keringat membasahi kaos putih tipis milik Lina. Maklum Lina adalah gadis keturunan bermata sipit, namun justru itulah daya tariknya didukung hidungnya yang mancung membuat wajahnya sangat menarik.

Merasa kurang nyaman Lydia segera mengajak Lina untuk pulang. Sementara itu Lydia melirik mereka yang terus menatap kami berdua, kulihat matanya merah seolah habis minum alkohol. Tak mereka kuduga saat kami menghampiri mobil, ketiga pria tersebut di belakang kami dan mendorong kami masuk ke dalam mobil. Lydia kaget sampai tak sempat berteriak, ” Diam!, kalau kalian mau selamat”, bentak pria yang hitam kekar itu sambil menunjukkan golok di balik jaket hitamnya. Dengan mata tertutup mereka dibawa ke suatu tempat yang sepi dan asing sehingga mereka tidak tahu berada di daerah mana. Kedua tangan Lydia diikat di belakang badan, begitu juga dengan Lina.

Lina mencoba meronta, dan hal ini membuat mereka gusar. “Plak..plak..”, tampar pria tinggi kurus, hingga bibir Lina berdarah. “Tolong bebaskan kami” pinta Lydia, namun mereka tidak peduli, justru mendorong Lidya ke dalam ruangan besar bersamaan dengan Lina.

Si kumis mulai menggerayangi tubuh Lydia, baju Lydia dilucuti dengan kasar sehingga sekarang Lydia telanjang bulat. Sambil mencoba menciumi Lydia, tangan si kumis meremas-remas payudara Lydia yang montok itu. Bau alkohol dan rokok dari mulutnya membuat Lydia terbatuk batuk beberapa kali. Sementara Lina disobek pakaiannya oleh dua pria lainnya, lalu dengan kasar mereka mendorong Lina ke ranjang berukuran besar. Lina mencoba melawan, tapi sia-sia saja, dia terkapar tak berdaya karena kedua tangannya terikat ke belakang dan kedua kakinya di pegang oleh pria hitam besar itu.

Rupanya mereka adalah binatang buas yang senang melihat mangsanya disakiti.
“Aduh.. jangan..” rintih Lina, ketika pria itu mencoba memasukkan penisnya ke vagina Lina.
Rupanya pria tersebut kesulitan memasukkan penisnya karena lubang vagina Lina yang sempit itu.
“Aduh.. ahk.. ahhk”, jerit Lina ketika akhirnya perawan Lina kebobolan, rupanya jeritan Lina ini membuat pria tersebut semakin ganas.
“Ha.. ha.. rupanya kau masih perawan.. oohh.. sesak sekali”, pria itu tertawa sambil terus memaju-mundurkan pantatnya untuk menekan vagina yang sempit itu. Tubuh Lina yang sintal itu ditindih sambil menggeliat kesakitan.
“Ahh.. ohkk..” nafas pria hitam kekar itu yang sudah basah oleh keringat. Sedangkan pria tinggi kurus mengulum payudara Lina yang masih kencang itu.

Tiba-tiba Lina menjerit lagi karena rupanya payudaranya disundut dengan rokok. Tidak puas mengulum rupanya pria kurus itu meminta berubah posisi. Tubuh Lina dibalik dan menindih pria hitam kekar sambil vaginanya tetap tersumbat penis yang besar. Ternyata pria tinggi kurus itu menginginkan anal seks. Penisnya, walau tak sebesar yang hitam kekar itu namun lebih panjang, ditekankan ke lubang anus Lina, sementara pria di bawah tetap mendorong penisnya ke vagina Lina.

Terus terang Lydia saat itu sangat ketakutan, namun pemandangan itu sedikit banyak membuat Lydia terangsang. Lydia teringat saat Herry pacar Lydia (dia sering bercerita kepadaku mengenai kehidupan seksualnya karena kami adalah teman dekat tapi aku tetap menganggapnya sebagai adik angkatku) mengajak bermain anal seks, pedih namun ada kenikmatan tersendiri.

Tubuh Lina yang mulus itu tampak terjepit di antara dua binatang buas. Lina beberapa kali menggelinjang kesakitan karena secara bersamaan dua lubang yang masih perawan di tekan bersamaan. Beberapa waktu berselang pria kurus itu mengambil sabuknya dan melecuti punggung Lina yang mulus terawat, kulihat mata Lina berair menahan rasa sakit yang luar biasa. Sementara penis pria di bawah berlumuran darah perawan Lina. “Ohh.. nikmat sekali”, pria tinggi kurus itu mendesah.

Tiba-tiba pria berkumis yang sejak tadi memandang atraksi temannya memandangi Lydia dengan buas. Dia mulai mengulum payudara Lydia dan tangannya menjelajahi vagina Lydia. Rupanya dia baru sadar bahwa Lydia sedang mens sehingga dia kaget melihat tangannya berdarah. “Plak.!, kurang ajar kau”, bentaknya, sambil mendorong badan Lydia ke lantai.

Tubuh Lydia diputar menjadi posisi menungging, “Aduh.. ahk..”, jerit Lydia kesakitan saat pria berkumis itu memaksakan penisnya ke anusnya. Walau sudah beberapa kali bermain cinta dengan Herry, namun kali ini sakit luar biasa karena tidak menggunakan pelicin. “Bless..”, seluruh penisnya terbenam di lubang anus Lydia, sementara tangannya meremas-remas payudara Lydia.

Tidak puas sampai di situ pria tersebut ikutan mengambil sabuk dan melecuti punggung Lydia. Tubuh Lydia bergetar keras menahan sakit. “Ahkk.. aduh..”, jerit Lydia ketika dia menggigit leher Lydia. Lydia mengerang kesakitan, namun semakin Lydia kesakitan semakin pria itu bersemangat mendorong keluar masuk penisnya di anus Lydia. Tak tahan lagi menahan rasa sakit tiba-tiba mata Lydia gelap tak sadarkan diri.

Sesaat Lydia sadar, dia sudah terbaring di rumah sakit, dia masih merasakan anusnya yang perih dan tubuh memar, sedangkan Lina masih pingsan di ranjang sebelahnya. Bila anda ingat perkosaan dua orang wanita dipertengahan tahun 1997 yang ditemukan di pinggir jalan tol jagorawi, itulah kedua teman baikku yang menjadi korban perkosaan dan aku cuma bisa berdoa semoga tuhan memberikan hukuman yang setimpal kepada pelaku.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar