Daftar isi

Senin, 09 Januari 2012

Pengalaman Sex Pertamaku Dengan Pak Budi

Disitus ini aku tertarik untuk membagikan cerita sex pertamaku dengan harapan mungkin diantara pembaca ada yang dapat memberikan solusi dan tanggapan-tanggapannya. Sebelumnya perkenalkan dulu, namaku Lia umur 20 tahun dengan ciri-ciri tinggi 162 cm, berat 60 kg, dada 36B, kulitku putih, berdarah campuran Medan-Solo. Saat ini aku sedang kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta terkenal di Bandung.

Dalam keluarga, sikap orang tuaku sangat keras, mereka memberi peraturan yang harus diingat oleh kami sebagai anak-anaknya, yaitu “DILARANG BERPACARAN SEBELUM BERES KULIAH”, jika dilanggar kami tidak akan dikuliahkan lagi. Hal itu dapat kuatasi hingga aku lulus SMA aku tak pernah berhubungan dengan laki-laki atau berpacaran. Sebenarnya aku sering tertarik terhadap laki-laki, tapi jika ingat peraturan dari orang tuaku aku tidak akan berani melangkah lebih jauh. Tapi ketika semester baru tahun 2001 ada kejadian yang tidak bisa aku lupakan.

Waktu itu tepatnya ketika aku pulang kuliah dan sedang menunggu angkutan umum (jam 8.00 malam). Waktu itu hujan turun lumayan deras, aku menunggu tapi mobil angkutan selalu saja penuh dan jalanan pun semakin sepi dan aku sudah basah kuyup tak karuan. Tiba-tiba aku melihat sebuah mobil sedan berhenti tepat di depanku. Aku melihat pengemudinya kira-kira berumur 45 tahun, beliau menawarkan tumpangan kepadaku, aku pun menerimanya karena takut tidak bisa pulang. Beliau memperkenalkan dirinya sebagai Pak Budi. Di sepanjang perjalanan beliau mengajakku berbicara kesana kemari. Beliau menawarkan kepadaku untuk berganti pakaian di rumahnya karenabeliau mempunyai putri yang seusia denganku. Aku menerima tawaran beliau karena percaya kepadanya. Akhirnya kami sampai di sebuah komplek perumahan, ketika aku masuk rumah itu gelap gulita, tak ada penghuninya. Pak Budi mengatakan mungkin putrinya belum kembali dari kuliah. Aku mengangguk tanpa curiga. Pak Budi membawakan aku piyama putrinya, beliau menyuruhku untukmengganti bajuku di kamar putrinya. Aku mengganti pakaianku tanpa menanggalkan BH dan CD-ku.
Ketika aku keluar, Pak Budi sedang duduk di sofa sambil meminum teh, beliau mempersilakan aku duduk di sebelahnya. Kami pun mengobrol tanpa canggung lagi. Tiba-tiba Pak Budi menjamah keningku. “Aduh.. badanmu hangat begini?” ucap beliau sambil menatapku tajam. Aku hanya tersenyum sekaligus kaget. Entah kenapa Pak Budi mengelus-elus rambutku yang masih basah, aku pun hanya terdiam karena kaget dan tak kuasa menolaknya. Sentuhan-sentuhan beliau turun keleherku. Aku merasakan sensasi aneh yang mampu membuatku merinding geli, dan akhirnya Pak Budi mendaratkan bibirnya di bibirku, setengah kaget mataku melotot memandang Pak Budi. Tapi Pak Budi malah menciumku lagi, aku berontak, tapi tak berhasil, malah rengkuhan tangannya semakin kuat kurasakan. Lama kelamaan aku mulai terhanyut dan membalas ciuman Pak Budi walaupunciumanku belum sempurna. Mungkin karena didorong rasa ingin tahu aku membiarkan Pak Budi bertindak lebih jauh. Ciumannya mulai turun ke leherku, aku merasa geli sekaligus kenikmatan yang tiada duanya. Rasanya sarafku akan putus saat lidahnya menjilati leherku. Pak Budimendorongku hingga aku terbaring di lantai permadani, sambil terus menciumi dan menjilati wajahdan leherku. Dengan lincah tangan-tangan Pak Budi kurasakan sedang bermain-main di atas dadaku, beliau membuka kancing piyamaku. Entah mengapa aku tak melawannya saat Pak Budi berhasil meloloskan semua pakaianku hingga aku telanjang.

Aku berteriak pelan bagai disengat sesuatu saat lidahnya kurasakan mendarat di atas putingsusuku. Pak Budi meremas susuku yang kiri dan mengulum yang kanan, mm.. aku bergetar tak karuan. Belum selesai dengan kenikmatan yang aku rasakan Pak Budi meneruskannya dengan menghisap susuku seperti bayi. Aku menggelinjang kenikmatan, ahh.. birahiku semakin naik. Pak Budi berdiri melepaskan pakaiannya hingga telanjang. Aku hanya terdiam menatap wajah PakBudi. Kemudian beliau berjongkok di samping tubuhku dan mulai menjilati dari samping sambil terus meremas-remas susuku, hingga aku lemas tak berdaya. Nafasku semakin tak beraturan karena tak tahan akan ciuman dan jilatan Pak Budi. Ciumannya turun ke perutku dan..”Akhh..” aku menjerit keras saat kurasakan lidahnya menjilati selangkanganku. Kakiku berontak dengan berusaha menendangnya. Tapi tangan Pak Budi begitu kuat mencengkram kedua pahaku. Aku mendesah semakin kuat saat kurasakan lidah Pak Budi menyentuh vaginaku.

Pak Budi seakan tak peduli, beliau terus menjilati vaginaku, dan mengobok-oboknya dengan tempo yang teratur. Teriakan-teriakan kenikmatan keluar dari bibirku saat Pak Budi menghisap vaginakudenga kuat. “Ohh.. uuhh.. ohh..” aku merasakan enak sekaligus geli yang amat sangatdahsyat. Pak Budi mempercepat tempo jilatan dan ciumannya di vaginaku, hingga aku merasa akan meledak. Aku berteriak seenaknya, “Sial.. aduh.. ohh.. aduhh.. sayangg..” teriakankumalah membuat Pak Budi semakin bernafsu, beliau menghisap klitorisku dengan kuat hingga tubuhkumengejang, “Oohh.. hh..” aku merasakan orgasme. Aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut, tubuhku lemas dan kakiku menjepit kepala Pak Budi. Pak Budi bangkit dan berjongkok di samping tubuhku beliau menyuruhku menyetubuhi penisnya yang lumayan besar itu. Aku yang sudah lupasegalanya menurutinya. Aku mulai menjilati dan mengocok-ngocok penisnya di mulutku. Tangan beliau pun masih tetap meremas-remas susuku. Aku hisap dan kucium-cium kepala penisnya. Pak Budi melenguh seiring hisapanku yang semakin kuat, beliau pun meremas susuku semakin kuat, hingga aku semakin bersemangat dan liar.

Desahan Pak Budi membuatku tak tahan, karena aku mulai merasakan vaginaku pun mulai basah.
“Ohh.. sayangg.. pinter.. isepp.. teruss.. ohh.. isepp.. sayangg.. ohh..” desahan Pak Budi membuatku semakin gila, dan Pak Budi berteriak keras.
“Ahh..”
“Crot.. crott..”
Sperma Pak Budi menyemprot masuk ke mulutku, aku tersedak dan terbatuk-batuk, aku melepaskan penis Pak Budi. Cairan aneh yang kurasakan ada di mulutku, membuat aku mual dan ingin memuntahkannya, tapi Pak Budi malah mencium bibirku dan menjilati cairan sperma yang tersisadi wajah dan bibirku.

Pak Budi kemudian merenggangkan kedua pahaku, beliau mengarahkan penisnya ke vaginaku dan menggesek-gesekkanya, aku merasakan nikmat-nikmat geli. Beliau mencoba memasukannya lebih dalam tapi aku berteriak. “Aduhh.. sakitt..” ucapku sambil meringis. Pak Budi tidak meneruskannya dan menggesek-gesekkan kepala penisnya lagi. Aku menggelinjang tak tahan, akhirnya Pak Budi mencobanya lagi. Aku tetap kesakitan dan berteriak hingga aku meneteskan air mata. Pak Budi pun tidak meneruskannya beliau mencium bibirku dengan lembut sambil berkata, “Bapak tidak akan mengambil keperawanan kamu.” Lalu beliau bangkit dan membersihkan vaginaku dengan handuk hangat. Aku berkaca dan melihat tubuhku yang berubah menjadi merah, karena bekas hisapan-hisapan Pak Budi. Setelah itu aku diantar pulang Pak Budi. Jam 11.00 malam aku sampai di rumahku, akhirnya orang tuaku marah-marah dan mengetahui perbuatanku. Mereka memeriksa tubuhku dan akhirnya aku mendapat ganjaranya pada semester depan aku tidak akan dikuliahkan lagi, sebenarnya aku ingin meneruskan sekolahku, tapi apa daya orang tuaku sudah kesal dan tidak mempedulikanku lagi. Sebenarnya aku ingin bekerja, tapi pembaca tahu kan mencari kerja saat inisangat sulit. Terakhir-terakhir ini aku malah berpikir menikah saja tapi sama siapa? Entahlah aku bingung sekali pembaca yang budiman. Yang jelas jika ada di antara pembaca yang bisa membantu, aku akan sangat senang sekali. Adakah di antara pembaca yang bisa memberiaku solusi?

1 komentar:

  1. Ahhhhh jadi pengen dehhhh....mantab gan critanya.... mau donk.... sms eaaaa ke 0858 5969 0505

    BalasHapus