Daftar isi

Senin, 09 Januari 2012

Princess Sandra Dewi-1

RIING… Terdengar suara ringtone handphone yang berbunyi nyaring. Seorang wanita cantik dengan perawakan keturunan segera mengangkat dan menjawab panggilan dari handphone itu.

“Halo?” tanyanya.
“San, kamu ada dimana?” terdengar suara seorang wanita dengan nada panik.
“Oh, Mbak Indri! Saya sudah dalam perjalanan mbak, mungkin 10 menit lagi sampai!” jawabnya.
“Aduuh, tolong cepat ya! Soalnya klien kita ini dari luar negeri!” pinta wanita yang bernama Indri itu.
“Iya, saya usahakan mbak, moga-moga tidak macet di jalan.”
“Pokoknya kamu harus cepat lho! Kamu kan masih perlu dandan dan persiapan-persiapan lainnya! Ingat, mereka itu klien yang penting! Jangan sampai ada yang salah!”
“Beres mbak, pokoknya saya usahakan sampai secepat mungkin! Ini juga lagi ngebut kok.”
“Oke, saya tunggu ya!” jawab Indri sambil menutup telepon.

“Huff…” wanita itu menutup handphonenya sambil menghela nafas.
“Wah, Bu Indri sudah nunggu ya, Non?” tanya seorang lelaki yang sedang mengemudikan mobil yang ditumpangi wanita itu.
“Iya Pak. Tolong agak cepat ya, Pak!”
“Berees Non! Bukan supir Sandra Dewi namanya, kalau Non sampai terlambat gara-gara saya!” ujar supir itu yang hanya dibalas dengan senyuman oleh si wanita cantik itu, yang tak lain adalah artis dan model terkenal, Sandra Dewi.
Ya, hari itu memang penting bagi Sandra Dewi karena ada sesi pemotretan dan eksibisi gaun pengantin dari sebuah bridal studio ternama. Sebagai seorang model, tentunya ia harus tiba tepat waktu; apalagi acara eksibisi dan pameran ini ikut dihadiri oleh berbagai desainer bridal luar negeri, yang pastinya akan menilai profesionalismenya sebagai seorang model papan atas Indonesia dan sudah tentu akan sangat berpengaruh bagi karirnya.

Mobil sedan yang ditumpangi Sandra terus melaju dan akhirnya sampai di sebuah bridal studio. Sandra segera turun dari mobilnya, ia melihat seorang wanita berkacamata sedang menunggu sambil berkacak pinggang di pintu masuk studio itu yang tak lain adalah Indri, event organizer acara tersebut.
“Waduuh! Sampai juga akhirnya!” gerutu Indri.
“Nggak terlambat kan, mbak?” tanya Sandra.
“Nggak sih, tapi tetap saja nyaris telat! Tuh, klien kita ada yang sudah datang!” jawab Indri sambil menunjuk kearah sekumpulan orang-orang berpakaian rapi yang sedang sibuk berbicara.

“Kamu perkenalkan diri saja dulu, soalnya ada klien penting dari Taiwan yang jadi sponsor acara ini!” ujar Indri sambil menggandeng tangan Sandra kearah kumpulan orang-orang itu.

“Bapak-bapak, kenalkan model utama kita, Miss Sandra Dewi.” Ujar Indri sambil memperkenalkan Sandra ke para klien mereka. Sandra tersenyum dan membungkuk sedikit untuk memberi hormat.

“Hahaha… Miss Sandra, tidak perlu membungkuk. Orang-orang Taiwannya sudah masuk didalam.” Ujar salah seorang pria sambil tertawa. Usia pria itu sudah sekitar 50 tahunan. Dengan jas yang cukup rapi dan sebatang cerutu yang mengepul di mulutnya, sudah jelas kalau pria itu adalah orang yang cukup berpengaruh. Sandra lumayan terkejut mendengar ucapan pria itu, ia sama sekali tidak menyangka kalau yang disapanya itu orang Indonesia.
“Jangan kuatir, saya sebenarnya juga warga Taiwan, tapi saya lahir di Bandung. Saya merantau ke Taiwan waktu masih muda dan sekarang sudah diterima jadi WN disana. Anggap saja orang Taiwan asli!” lanjut pria itu.
“Bapak tidak kelihatan seperti orang Indonesia sih! Padahal bahasa Indonesianya lancar!” canda Indri.
“Hahaha… memang saya keturunan, makanya banyak yang salah sangka, sama seperti Miss Sandra yang cantik ini!” puji Pak Sanjaya. Sandra tersipu kecil mendengar pujian Pak Sanjaya itu.

“Perkenalkan, ini Pak Sanjaya, sponsor utama acara ini!” ujar Indri.
“Sanjaya!” ujar pria itu sambil tersenyum mengulurkan tangannya.
“Sandra.” Jawab Sandra sambil menyalami tangan Pak Sanjaya.
“Oh ya, perkenalkan sekretaris saya, Miss Lei! Dia agak pendiam, tapi dia fasih berbahasa Indonesia” Pak Sanjaya mengarahkan pandangannya kearah seorang wanita yang berdiri dibelakangnya. Usia wanita itu sekitar 30an tahun. Pakaian kantoran yang rapi dan sebuah kaca mata necis semakin menekankan kesan tegas dari raut wajah serius wanita itu. Jari-jari wanita itu sibuk mengetik pesan lewat telepon selulernya.
“Lei.” Wanita itu hanya mengulurkan tangannya tanpa ekspresi. Sandra agak segan, namun dijabatnya pula tangan Lei. Suasana terasa agak kaku sejenak karena sikap dingin Lei.

“Oh ya, sebentar lagi acaranya dimulai! Saya dan Miss Sandra akan segera bersiap-siap. Mohon Pak Sanjaya menunggu didalam!” tiba-tiba terdengar suara Indri yang memecah kekakuan suasana.
“OK, no problem! Sampai jumpa, Sandra!” jawab Pak Sanjaya sambil berlalu masuk kedalam studio dengan ditemani Lei.

Indri dan Sandra segera bergegas ke ruang ganti untuk mempersiapkan penampilan Sandra. Sandra lalu dirias dan dipakaikan sehelai gaun pengantin beserta aksesorisnya. Gaun pengantin berwarna krem tanpa petticoat itu tampak menonjolkan lekuk tubuh Sandra dan cukup serasi dengan aksesoris yang terpasang ditubuh Sandra.

“San, ingat kalau Pak Sanjaya juga akan melihat esksibisi ini! Ini kesempatan besar untukmu lho!” tegas Indri.
“Lho, memangnya kenapa, Mbak?” tanya Sandra heran.
“Kalau Pak Sanjaya merasa penampilanmu bagus malam ini, ada kesempatan karir untukmu di Taiwan!”
“Hah?” tanya Sandra setengah tak percaya.
“Iya, ini kesempatanmu untuk go international lho! Mungkin dia merantau dari Indonesia, tapi Pak Sanjaya itu sekarang sudah jadi pengusaha bridal dan entertainment yang terkenal di Taiwan, pastinya dia punya banyak koneksi! Kalau menurutnya kamu cocok dengan seleranya, pasti kamu ditawari untuk ikut eksibisi di Taiwan!” ujar Indri.
“Yang benar, mbak?”
“Iya, saya sering dengar kalau model-model kita yang masih muda ditawarkan untuk ikut acara di Taiwan dan rata-rata sukses lho! Mereka juga rata-rata malah jadi WN disana tuh!”
“Tapi kalau kamu nggak mau ke Taiwan juga nggak apa-apa, Pak Sanjaya juga punya kenalan dengan studio-studio dan rumah produksi terkenal di Indonesia, jadi kamu nggak perlu khawatir kalau kamu nggak mau ke Taiwan.” Imbuh Indri

Sandra pun mulai berpikir dalam-dalam. Tentunya ini adalah kesempatan yang luar biasa baginya untuk mulai berkarir di kiblat internasional dan membuka peluang karirnya kearah yang jauh lebih baik. Tentu saja kesempatan emas ini sama sekali tidak boleh disia-siakan. Kesempatan modelling di Taiwan pastinya akan memperkenalkan dirinya dengan para desainer luar negeri yang dapat ia gunakan sebagai landasan karir modelingnya diluar negeri, lagipula dengan menerima tawaran Pak Sanjaya, tentu saja karirnya di Indonesia bisa semakin berkembang dengan koneksi yang dimiliki oleh Pak Sanjaya itu.

“Beres mbak! Saya akan usahakan tampil sebaik mungkin!” ujar Sandra mantap sambil melangkah ke arah panggung. Sandra segera berjalan dengan anggun diatas catwalk untuk memamerkan busana pengantin yang ia kenakan. Sandra bisa melihat Pak Sanjaya sedang duduk dikursi paling depan dengan ditemani oleh Lei. Pak Sanjaya duduk santai menonton penampilan para model sambil mengepulkan cerutunya sementara Lei sedang sibuk mengamati para model di catwalk itu sambil menulis beberapa catatan disebuah buku notes kecil. Sesaat pandangan mata Sandra dan Pak Sanjaya bertemu, Sandra pun segera tersenyum manis. Pak Sanjaya langsung merasa tertarik dengan kecantikan Sandra yang terpancar dari senyum manisnya itu. Sandra tetap menatap Pak Sanjaya sejenak sebelum memutarkan tubuhnya dan berjalan dengan anggun menuju kembali kearah ruang rias.

“Lei!” Pak Sanjaya segera memanggil Lei yang tampak masih sibuk menulis catatan di notesnya itu.
“Yes?”
“What do you think about that girl?” tanya Pak Sanjaya menanyakan pendapat Lei tentang Sandra.
“You mean, Miss Sandra, boss?” tanya Lei.
“Yes” angguk Pak Sanjaya
“She’s very talented and pretty. I heard she’s a famous model and actress in Indonesia” Jawab Lei memuji Sandra sambil menunjukkan profil Sandra yang ada dilayar telepon selulernya.
“An actress? Good! You like her?”
“Yes, I like her beauty. It’d be nice if she could join us, Boss.” Jawab Lei menekankan pendapatnya.

“Should I continue, boss?” tanya Lei yang siap untuk melanjutkan menulis pengamatannya di notes itu.
“No, it’s enough, we’ll take her with us! Call Indri, tell her that we’d like Miss Sandra to work with us.”
“OK, boss.” Jawab Lei sambil menekan tombol panggilan ke handphone Indri. Pak Sanjaya tersenyum lebar saat Lei memberitahu Indri tentang tawaran darinya untuk Sandra.

Sementara itu, Sandra terus bolak-balik dari arah catwalk ke ruang ganti dan sebaliknya untuk memperagakan semua busana-busana pengantin yang sudah dipersiapkan untuknya. Setiap kali Sandra berjalan di catwalk dan berada dihadapan Pak Sanjaya, ia tidak lupa untuk melemparkan senyum manisnya kehadapan Pak Sanjaya dan berputar anggun memamerkan kecantikannya itu. Sehingga Pak Sanjaya semakin tak kuasa menahan kesabarannya untuk mendapatkan Sandra.

Akhirnya acara peragaan itu selesai, Sandra masih sibuk di ruang ganti untuk membereskan riasannya. Terdengar suara pintu ruang itu diketuk.

“Masuk!” ujar Sandra mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu untuk masuk. Pintu itu dibuka dan Indri pun masuk dengan tergopoh-gopoh.
“Sandraa! Selamat ya!” ujar Indri dengan riang, senyumnya tampak mengembang lebar di wajahnya.
“Mbak Indri? Jangan-jangan…”
“Iya! Ms. Lei tadi menelepon saya! Dia bilang, Pak Sanjaya mau mengontrak kamu untuk eksibisi di Taipei!”
“Oh ya? Ya ampuun!” Sandra tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya lagi. Ia segera bangkit dari kursinya dan memeluk Indri. Indri segera membalas dengan memeluk kepala Sandra.
“Selamat ya, San! Kamu benar-benar hebat!”
“Iya mbak, makasih banyak ya mbak!”ujar Sandra. Ia masih setengah tidak percaya kalau ia berhasil mendapatkan kesempatan untuk tampil diluar negeri.

“Miss Sandra, selamat!” tiba-tiba terdengar suara Pak Sanjaya. Rupanya pria itu sudah berdiri diambang pintu ruang itu. Sandra segera menghampiri Pak Sanjaya dan menjabat tangannya.
“Pak Sanjaya! Terima kasih! Ini benar-benar kehormatan bagi saya!” ujar Sandra sambil tersenyum bahagia.
“No problem! Saya merasa puas dengan penampilanmu malam ini! Jadi apa kamu mau menerima tawaran saya?” tanya Pak Sanjaya.
“Anda akan kami sewa untuk eksibisi selama 2 bulan di Taipei dengan semua fasilitas termasuk biaya hidup anda ditanggung oleh kami. Seluruh pembayaran akan kami transfer ke rekening anda setiap kali anda menyelesaikan job dari kami. Penandatanganan kontrak akan dilakukan di kantor kami di Taipei.” Lei menambahkan isi kontrak yang akan ditandatangani oleh Sandra nantinya. Sandra terheran-heran mendengar intonasi dan kefasihan bahasa Indonesia Lei, seolah ia seorang WNI keturunan saja. Dari bahasanya, sama sekali tidak kelihatan kalau dia adalah orang Taiwan.

“Bagaimana? Tenang, biaya tiket pulang-pergi sudah kami siapkan kalau anda bersedia.” tanya Pak Sanjaya.
“Baik, saya bersedia Pak Sanjaya!” jawab Sandra sesegera mungkin.
“Bagus! Kita akan berangkat minggu depan. Tapi, saya punya 1 syarat!” tegas Pak Sanjaya.
“Syaratnya apa, Pak?”
“Kamu punya agen di Indonesia?” tanya Pak Sanjaya yang dijawab dengan anggukan Sandra.
“Jangan beritahu mereka tentang kesepakatan kita ini!” Pak Sanjaya segera mengutarakan syaratnya.
“Lho, kenapa?” tanya Sandra heran dengan syarat Pak Sanjaya.

“Kami tidak mau ada biaya-biaya tambahan dari agen anda, lagipula protokol-protokol yang ditetapkan agen akan memperlambat kontrak kita. Kami butuh anda segera di Taipei karena eksibisi kami akan dimulai minggu depan dan kami tidak bisa menunggu lama.” jelas Lei pada Sandra.
Sandra berpikir dan menimbang-nimbang alasan yang dikemukakan oleh Lei. Memang kalau menunggu protokol agen tentang kontrak, bisa memakan banyak waktu dan belum lagi tambahan biaya yang harus dikeluarkan untuk agen. Bisa-bisa kesempatan Sandra keburu lenyap sebelum agennya memberi izin untuk meneken kontrak dengan Pak Sanjaya.

“Baik, saya mengerti. Tapi, alasan apa yang bisa saya berikan ke agen saya supaya saya bisa berangkat dengan anda?” kembali Sandra bertanya.
“Bilang saja ada kontrak lanjutan dengan Indri. Jangan kuatir, saya bisa mengatur hal itu.” pungkas Pak Sanjaya sambil melirik ke Indri.
“Saya akan memperpanjang kontrakmu, jadi saya bisa menginformasikan ke agen kalau kamu saya sertakan dalam eksibisi diluar daerah. Tenang saja, surat pengantarnya bisa saya urus dengan bantuan Pak Sanjaya!” tegas Indri.
“OK, kalau begitu saya terima tawaran anda!” jawab Sandra dengan riang.

Lei segera mengeluarkan amplop dari tasnya dan menyodorkan amplop itu kepada Sandra.
“Ini tiket dan uang muka 20% dari kontrak anda, sisanya akan kami bayar di Taiwan begitu kita tiba. Silakan anda periksa terlebih dahulu” Ujar Lei. Sandra membuka amplop itu dan dilihatnya selembar tiket penerbangan ke Taiwan kelas VIP dan selembar cek dari bank. Nominalnya tidak tanggung-tanggung, jumlah $ 7.500 di cek itu cukup mengejutkan mata Sandra, apalagi mengingat jumlah itu hanya 20% dari seluruh jumlah yang akan ia terima kedepannya. Namun bukan uang itu yang memotivasi Sandra untuk menerima tawaran Pak Sanjaya, melainkan kesempatan yang terbentang lebar untuk masa depan karir modelingnya. Sandra sudah tidak sabar untuk mulai menapakkan kakinya di dunia modeling internasional.

“Hari Selasa nanti kita akan berangkat, kami harap anda menyediakan barang-barang yang hendak anda bawa karena anda akan di Taipei selama 2 bulan.” Lanjut Lei. Sandra mengangguk mengiyakan. Sekarang sudah terbuka jalan baginya untuk tampil di pentas Internasional yang sudah lama ia dambakan.

Hari demi hari berlalu, tanpa terasa akhirnya hari keberangkatan Sandra tiba juga. Selasa pagi harinya, Sandra dijemput oleh Pak Sanjaya ke bandara dan mereka pun berangkat ke Taiwan dan tiba di Ibukota Taiwan, Taipei pada sore harinya.

Karena menunggu proses pemeriksaan dan imigrasi, barang-barang bawaan Sandra sementara ditahan di kantor bea cukai Taiwan untuk diperiksa lebih lanjut. Tanpa menunggu pemeriksaan barang itu, Sandra pun langsung diantar ke kantor Pak Sanjaya untuk menandatangani kontrak. Sandra agak risau karena barang bawaannya ditinggal, namun Pak Sanjaya berhasil meyakinkan Sandra kalau barang bawaannya tidak akan bermasalah dan akan diantar ke hotel oleh staff Pak Sanjaya setelah diperiksa. Dalam perjalanan, Pak Sanjaya menelepon seseorang dan mereka berbicara dengan bahasa mandarin, yang tentu saja tidak dimengerti Sandra sama sekali.

“OK, come here with Mr. Wang and Ray, and bring the contract with you! She’s here.” Perintah Pak Sanjaya pada orang itu dalam bahasa Inggris sambil menutup ponselnya.
“Saya baru saja menelepon pengacara saya untuk membawakan kontrakmu, saya rasa dia sudah siap di kantor begitu kita tiba.” Ujar Pak Sanjaya pada Sandra.

Setelah beberapa menit berkendara, mereka akhirnya sampai di kantor Pak Sanjaya yang terletak di sebuah gedung perkantoran di Taipei, ibukota Taiwan. Pengaturan tata kota yang begitu indah amat berbeda dengan kesan yang sumpek yang sering ditemui Sandra di perkantoran ibukota.

Sesampainya di kantor, Pak Sanjaya, Lei dan Sandra segera masuk ke ruangan pribadi Pak Sanjaya. Disana sudah menunggu tiga orang pria yang berpakaian rapi. Salah satu pria itu sudah tua dan berjanggut putih, mungkin lebih tua dari Pak Sanjaya dengan sepasang kacamata bundar menutupi matanya yang sipit, tubuhnya yang walaupun lumayan berisi, tampak ringkih dan lemah karena ditelan usia. Disampingnya ada seorang pria paruh baya bertubuh kekar dan berwajah sangar. Pria terakhir tampak seperti eksekutif muda yang membawa sebuah koper.

“Perkenalkan, ini Mr. Fu, pengacara kami.” Ujar Lei sambil menunjuk kearah pria muda berkoper itu.
“Ini Mr. Ray dari kepolisian Taiwan.” Tangan Lei menunjuk pria bertubuh kekar itu.
“Dan Mr. Wang, klien kami.” Terakhir, Lei memperkenalkan pria tua itu.

Sandra agak heran dan curiga dengan kedatangan seorang polisi ke acara penandatanganan kontrak. Mungkin apabila yang hadir adalah pengacara atau klien, memang masuk akal karena mereka berkepentingan untuk acara itu. Sandra berusaha mengusir pikiran buruknya, mungkin saja Ray adalah bodyguard Mr. Wang, layaknya para bodyguard yang sering muncul di film-film laga Asia.
“OK, the contract!” perintah Pak Sanjaya, yang segera direspon oleh Fu. Fu langsung membuka kopernya dan mengeluarkan beberapa lembar surat. Surat-surat itu segera diserahkan ke Sandra.

“OK, Sandra, kamu boleh baca dulu.” Tukas Pak Sanjaya sambil menyandarkan dirinya. Pak Sanjaya dan Mr. Wang segera berbincang-bincang. Sandra agak risih juga karena tidak mengerti apa yang mereka bicarakan karena keduanya berbahasa Mandarin dengan dialek Kanton. Namun Sandra berusaha untuk tetap fokus membaca kontraknya. Kontrak itu ditulis dengan bahasa Inggris, Sandra yang mengerti akan pasal-pasal berbahasa Inggris itu tidak bermasalah dengan klausul-klausul kontrak itu, namun pandangannya tertuju pada sederetan huruf Mandarin yang terpampang dibagian paling bawah kontrak itu.

“Maaf, Pak Sanjaya. Apa artinya tulisan Mandarin ini?” tanya Sandra penasaran.
“Ooh, itu hanya formalitas untuk klien. Untuk administrasi dan peraturan pemerintah Taiwan.”
Sandra merasa agak aneh, sebenarnya ia hendak bertanya pada Lei. Namun sikap dingin wanita itu sudah cukup untuk membuat Sandra keburu mengurungkan niatnya
Setelah merasa kontraknya sudah sesuai, Sandra segera membubuhkan tanda-tangannya di kontrak itu. Lei mengambil kontrak itu dan meminta Pak Sanjaya dan Mr. Wang menandatangani kontrak itu. Setelah kontrak itu ditandatangani, Sandra segera disodorkan selembar kontrak yang lain, kali ini seluruhnya berbahasa Mandarin. Sandra pun makin heran dengan adanya kontrak kedua itu. Namun dibagian bawah kontrak itu tertulis kalimat dalam bahasa Inggris yang apabila diterjemahkan berbunyi:
“Kontrak ini akan berlaku dengan mutlak dengan didasari dengan hukum Taiwan. Pihak-pihak yang menandatangani kontrak ini tidak dapat membatalkan isi dan klausul kontrak ini.”

“Pak Sanjaya, apa maksudnya kontrak ini?” kembali Sandra bertanya dengan kebingungan.
“Ini kontrak antara kamu dan Mr. Wang. Dia tidak bisa berbahasa Inggris. Makanya kita pakai tulisan Mandarin supaya beliau mengerti.” Jawab Pak Sanjaya. Sandra melirik sejenak kearah Mr. Wang, dan mungkin perkataan Pak Sanjaya memang benar. Melihat penampilan Mr. Wang yang tampak tua dan kuno, pastinya ia tidak bisa berbahasa Inggris.
“Tenang saja, isinya hampir sama dengan kontrak yang kamu tandatangani barusan!” lanjutnya.
Sandra sedikit ragu, namun bayangan untuk mendapat kesempatan menjadi artis internasional membayangi pikirannya. Sandra pun membubuhkan tanda tangannya di kontrak tersebut. Pak Sanjaya dan Mr. Wang pun menyusul.

“OK, everybody we have the deal!” Pak Sanjaya lalu menstempel kontrak itu dengan cap perusahaannya sambil disaksikan oleh semua yang ada di ruangan itu.
“Pembayaran kami 20% berikutnya akan langsung kami transfer ke rekening anda di Indonesia.” Sambung Lei.

“Thank you, Pak Sanjaya, Mr. Wang!”ujar Sandra tersenyum sambil menjabat tangan kedua pria itu.

“Great! Nah, sekarang kamu boleh beristirahat dulu! Kamu akan diantar Fu ke hotel!” ujar Pak Sanjaya. Sandra mengangguk senang dan Fu pun mempersilahkan Sandra untuk ikut dengannya. Mereka pun segera keluar dari ruangan itu dan berlalu dengan mobil sedan milik Fu menuju ke hotel.

Tanpa disadari oleh Sandra, Pak Sanjaya membuka sedikit gordennya dan mengamati Sandra diam-diam dibalik celah gorden itu.
“Lei…” panggilnya pelan.
“Yes?”
“She’s just like you when I first met you.” Ujar Pak Sanjaya sambil menerawang sejenak mengingat pertemuannya dengan Lei dimasa lalu.
“It’s a history in the past boss.” Jawab Lei.
“Don’t remind me of it anymore.” Tegasnya pada Pak Sanjaya dengan dingin agar Pak Sanjaya tidak mengungkit masalah itu lagi.
“Sorry… sorry… don’t be angry, anyway, have you made the preparation?” tanya Pak Sanjaya menenangkan Lei sambil menanyakan tentang suatu persiapan pada Lei.
“All preparations have been made. She’ll be ready tonight.” Jawab Lei datar mengatakan bahwa semua persiapannya sudah beres dan siap digunakan malam itu juga.
“Good.” Pak Sanjaya lalu berjalan kearah Mr. Wang dan bercakap-cakap dengan bahasa Mandarin. Mr. Wang tampak senang dan mereka berdua tertawa-tawa. Mereka sama sekali tidak melihat atau menyadari ekspresi Lei yang sedikit menggigit bibirnya dengan geram sambil mengepalkan kedua telapak tangannya erat-erat.

Sementara itu, Sandra akhirnya tiba di kamar hotelnya. Sandra cukup kagum melihat interior kamar suite yang mewah dan luas itu. Sebuah ranjang besar dengan kasur empuk dan bantal bulu tampak nyaman untuk ditiduri, lengkap dengan pembatas kamar yang bisa ditarik untuk memisahkan ranjang itu dengan ruang santai yang dilengkapi saluran televisi dan berbagai jenis hiburan. Sebuah kamar mandi yang luas dengan dilengkapi jacuzzi kecil dan berbagai wewangian pasti bisa membuatnya betah berlama-lama berendam didalam bak itu. Sandra tidak bisa membayangkan kalau ia akan tinggal di kamar mewah itu selama dua bulan, terlebih lagi, tidak ada sepeserpun uang yang harus ia keluarkan karena semuanya sudah ditanggung.

“Have a nice rest.” ujar Fu sambil menyerahkan kunci kamar
“Thank you.” Balas Sandra. Fu segera berlalu pergi tanpa berbicara lebih lanjut.

Sandra pun segera menikmati nyamannya fasilitas-fasilitas hotel itu. Sandra segera merebahkan dirinya di ranjangnya. Rasa nyaman dan lembut ranjang itu membuatnya serasa melayang diatas awan-awan. Selama beberapa menit, Sandra melepas segala kepenatan tubuhnya sambil berbaring di ranjang itu.

Tanpa menunggu lama, Sandra segera mencoba jacuzzi kecil di bathtub hotel itu. Dibukanya keran air untuk memenuhi bathtub dengan air. Sambil menunggu air bathtub itu penuh, Sandra pun melepas pakaiannya satu persatu. Pertama-tama, dilepasnya sehelai gaun terusan berwarna hitam yang ia pakai, sehingga kini tubuhnya hanya berbalut celana dalam dan bra berwarna hitam. Kulit putih mulusnya tampak semakin jelas karena kontras dengan warna bra dan celana dalamnya.
Sejenak Sandra mengagumi keindahan tubuhnya di cermin kamar mandi itu, bra hitam yang masih menutup kedua payudaranya tetap saja tidak bisa menghilangkan keindahan dadanya yang justru tampak proporsional dengan tubuhnya itu. Belahan dadanya tampak menggemaskan karena bra yang dikenakannya itu. Perutnya yang ramping tampak menambah kemolekan tubuhnya ditambah dengan pinggang Sandra yang bulat dan pantatnya yang mulus dan montok tampak sensual dengan celana dalamnya yang terpasang ketat di selangkangannya.

“Bagus deh! Kalau begini pasti bisa untuk eksibisi minggu depan!” gumam Sandra sambil tersenyum.

Air hangat di bathtub itu pun akhirnya penuh. Sandra segera melepas seluruh pakaian dalamnya dan merendamkan tubuhnya menikmati air hangat itu. Aliran air jacuzzi itu seolah memijat-mijat ototnya yang pegal akibat perjalanannya dari tadi. Sandra segera merenggangkan seluruh tubuhnya menikmati semburan-semburan dari jacuzzi itu. Semburan air itu pada otot-ototnya memberi Sandra rasa nyaman yang tak terkira sejenak, rasa penatnya hilang seketika.

Melihat semburan air jacuzzi yang deras, timbul rasa penasaran dan iseng di benak Sandra. Sandra memposisikan tubuhnya sehingga air jacuzzi itu menyembur beberapa sentimeter dari bibir kewanitaannya. Sensasi tekanan air yang menyembur itu otomatis menggelitik vagina Sandra.
“Ah!” tanpa sadar Sandra mendesah pelan saat merasakan tekanan air itu menggesek melewati celah-celah vaginanya. Rasa geli menyergap tubuhnya sementara rasa nyaman yang menggelora menjalar secepat kilat melewati tubuhnya sehingga bulu kuduk Sandra berdiri sejenak.

Sandra beranjak bangun dari posisinya itu, dilihatnya semburan air itu masih berjarak cukup jauh dari tubuhnya, namun sudah bisa memberinya tekanan air yang menyamankan tubuhnya. Karena penasaran, Sandra kembali merebahkan tubuhnya, namun kali ini kakinya dibuka mengangkang lebar dan disandarkan dikedua sisi bathtub itu. Sandra pun mendekatkan tubuhnya kearah semburan air jacuzzi itu perlahan-lahan.

“Ooh…” Sandra meresapi nikmatnya semburan air itu divaginanya. Pelan-pelan dimajukannya tubuhnya semakin dekat kearah lubang tempat air jacuzzi itu menyembur. Semburan air itu semakin keras terasa sehingga syaraf-syaraf tubuh Sandra ikut menggelinjang. Serasa ada semburan rasa geli yang menjalari syaraf-syaraf tubuh Sandra. Sensasi kenimatan serasa menyemburkan kesetiap jengkal tubuhnya mulai dari vaginanya hingga ujung-ujung jarinya.

Jari-jari lentik Sandra perlahan-lahan membuka celah vaginanya sendiri. Akibatnya, semburan jacuzzi itu kini terasa hingga titik-titik bagian dalam vagina Sandra. Sandra memundurkan tubuhnya sedikit agar semburan air itu tidak melukai selaput daranya. Vagina Sandra serasa dipijat dengan lembut oleh air itu, dan rongga-rongga vaginanya terasa sedikit sejuk.

“Mmm… Ahh…” Sandra pun mendesah-desah kenikmatan. Sandra semakin berani untuk mengejar rasa nikmat itu; Jari Sandra kembali beraksi, kini jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya menahan celah-celah vaginanya agar terus membuka, sementara tangan kirinya mulai mengusap-usap permukaan vaginanya.

Selama beberapa menit bermain dengan air jacuzzi itu, rasa nyaman dan geli semakin mendera Sandra, kepalanya menegadah tinggi dan disandarkan dipinggiran bathtub itu, mulutnya terus mengeluarkan desahan-desahan yang kini bisa didengar diseluruh penjuru kamar mandi itu.

Sandra semakin cepat menggerakkan jari-jarinya dan ia bisa merasakan orgasmenya kian mendekat. Otot kakinya terasa pegal dan vaginanya serasa siap meledak. Pelan-pelan tubuhnya dimajukannya sedikit dan akhirnya…
“OOOKH…” Sandra mendesah keras seiring dengan meledaknya rasa nikmat dan nyaman dari vaginanya. Tubuh Sandra menggelepar sejenak saat rasa nikmat mulai meresap kedalam otot-ototnya, tubuhnya kemudian menegang kaku saat seluruh sendinya terasa lega dan nyaman selama beberapa detik. Tubuh Sandra pun akhirnya melemas seiring dengan berakhirnya orgasmenya itu.

“Haah… haah… hah…” terdengar suara nafas Sandra yang tersengal-sengal saat orgasmenya mereda. Wajah dan bahunya yang tidak terendam air kini bermandikan peluh. Sandra segera membasuh wajahnya dan membersihkan tubuhnya dari keringatnya itu.
Setelah membersihkan tubuhnya, Sandra segera mengambil sehelai handuk hotel dan melingkarkan handuk itu kesekujur tubuhnya. Sandra lalu membuka pintu kamar mandinya dan keluar ke kamarnya.

Sandra terkejut saat mendengar suara televisi yang dinyalakan. Seingatnya, ia tidak pernah menyalakan televisi di kamarnya sejak tiba di hotel. dan memang, televisi di kamar itu telah dinyalakan oleh seseorang.

“Sudah selesai?” tiba-tiba terdengar suara seorang wanita. Sandra segera mencari asal suara itu dan dilihatnya Lei sedang duduk santai menonton televisi itu. Sandra juga melihat kalau pembatas ruangan dikamar itu sudah ditarik sehingga ruang hiburan dan kamar tidurnya sudah terpisah.

“Miss Lei? Apa yang anda lakukan disini?!” tanya Sandra setengah terkejut melihat wanita itu.
“Saya datang untuk memberi tahu bahwa barang-barang bawaan anda tidak dapat dikeluarkan dari bea cukai hari ini.” Ujar Lei dengan tenang.
“Apa? Tapi semua pakaian dan peralatan saya ada disana!”
“Tenang saja, nona Sandra. Boss sudah membawakan pakaian untuk anda. Saya disini untuk mengantarkannya.” Jawab Lei sambil menunjuk kearah sebuah koper besar yang diletakkan disampingnya.
“Boss juga sudah menyiapkan segala keperluan anda. Semuanya ada di koper ini.” Lanjutnya.
“Ooh…” Sandra menghela nafas agak tenang. Tapi sebuah pikiran terbersit di benak Sandra sejenak. Apakah mungkin Lei mendengar suara desahannya saat ia bermasturbasi dengan jacuzzi barusan?
Kalau dilihat dari keadaan disekitarnya, Lei tampaknya sudah cukup lama berada di ruangan itu. Terbukti dari segelas jus jeruk diatas meja yang nyaris terminum habis.

“Ada masalah?” tiba-tiba pikiran Sandra terbuyarkan oleh suara Lei.
“Eh? Ti… tidak… tidak ada apa-apa!” jawab Sandra tergagap.
“OK, kalau begitu. Saya juga diminta oleh Pak Sanjaya untuk mencobakan busana peragaan untuk anda.”
“Busana… peragaan?” Sandra agak bingung dengan perkataan Lei barusan.
“Anda belum melihat lemari? Semuanya sudah kami siapkan disana.” Lei menoleh kearah lemari kamar itu.

Sandra segera berjalan menuju lemari kamarnya dan membuka isi lemari itu. Sandra langsung terkesima melihat berhelai-helai gaun pengantin dengan berbagai model dan variasi tertata rapi didalam lemari itu. Berbagai aksesoris-aksesorisnya pengantin juga telah tersimpan lengkap dan rapi di rak lemari.

“Silahkan anda memilih gaun yang anda suka. Pak Sanjaya juga mengizinkan apabila anda ingin menyimpan gaun yang anda pilih.” Ujar Lei sambil menelan sebutir es batu dari gelasnya.

Sandra benar-benar takjub melihat desain gaun-gaun itu. Semuanya tampak indah dan cantik, aksesorisnya tampak mahal dan pakaian pelengkapnya juga tertata lengkap hingga korset, petticoat ataupun pakaian dalam yang semuanya berwarna putih atau krem.

“Silahkan anda pilih riasan anda juga. Saya akan membantu anda untuk merias diri anda.” Lei mengeluarkan sebuah tas kecil, isi tas itu lalu ditata di meja rias. Sandra merasa cukup familiar dengan isi tas itu yang adalah berbagai jenis kosmetik yang lengkap.

Sandra pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Bagaimana tidak, dalam tiap eksibisinya, ia harus selalu memakai gaun pengantin yang ditetapkan sesuai dengan rancangan desainer yang terkadang tidak sesuai dengan selera hatinya. Tanpa ragu, Sandra segera memilih gaun pengantin dambaannya beserta segala aksesoris dan pakaian sesuai hatinya.

“OK, miss Lei! Saya pilih yang ini!” ujar Sandra dengan riang sambil menyodorkan sehelai gaun pengantin putih dan beberapa macam aksesoris kepada Lei.
“Baik, silahkan memakai lingerie anda di kamar mandi. Saya akan menyiapkan kosmetik anda.” Jawab Lei sambil mengambil gaun itu dari tangan Sandra.

Sandra segera beranjak ke kamar mandi dan memakai semua pakaian dalam yang ia pilih. Sandra memilih sehelai celana dalam sutra putih dengan renda-renda lucu, sepasang stocking putih yang halus dengan sulaman motif bunga dan sebuah bra strapless putih. Pertama-tama, ditutupnya kedua payudaranya dengan mangkuk bra itu dan kaitan bra itu dikaitkan dibelakang punggungnya. Sandra lalu memakai celana dalamnya yang segera menutupi kewanitaannya yang bersih dari rambut-rambut halus dan pantatnya yang montok. Terakhir, Sandra mengulur stocking putihnya dan memasukkan kedua jenjang kakinya kedalam stocking itu dan ditariknya stocking itu hingga kebatas pahanya, permukaan stocking yang halus itu memberi rasa nyaman bagi Sandra.

Setelah memakai pakaian dalamnya, Sandra segera menemui Lei yang sudah menunggu dimeja rias dari tadi. Sandra segera memilih kosmetik yang sesuai dengan seleranya. Lei dengan sigap merias Sandra dan memberi saran-saran dalam memilih kosmetik yang cocok untuk Sandra. Sandra terheran-heran dengan kemampuan Lei itu, seolah-olah dia seorang penata rias profesional. Memang, semua saran Lei benar-benar tepat dan sesuai sehingga Sandra terlihat makin cantik.

“Miss Lei, apa anda pernah bekerja sebagai penata rias?” tanya Sandra penasaran.
“It’s not your business. Saya disini atas perintah boss, itu saja” ketus Lei dingin. Sandra terpaksa mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih lanjut dengan Lei. Sikap dingin wanita ini memang sering membuatnya sebal, namun Sandra tetap berusaha bersabar dan menjaga sikapnya.

Selama beberapa saat, Sandra dirias dan dipersiapkan oleh Lei. Suasana terasa dingin diantara mereka karena Lei sama sekali tidak mau berbincang-bincang. Ucapan dari mulutnya pun hanya sebatas pertanyaan mengenai pendapat Sandra tentang riasannya. Akhirnya Lei selesai merias Sandra.

“Silahkan anda lihat penampilan anda di cermin.” Tutur Lei mempersilahkan Sandra melihat cermin. Sandra segera berjalan kearah cermin dilemari pakaian untuk melihat penampilannya.

“Wow…” Sandra setengah tidak percaya saat melihat bayangannya di cermin. Bahkan ia sendiri pun takjub melihat kecantikannya dicermin itu. Sandra mengenakan gaun pengantin putih mutiara bermodel braless. Dua helai sutra tipis terjalin dari bagian dada gaunnya melewati pundak Sandra dan berakhir di pinggang Sandra, sutra itu terikat dengan hiasan bunga dari satin dipinggul Sandra. Karena bentuknya yang melewati punggung Sandra dan melebar, jalinan sutra itu tampak seperti sayap kecil.
Atasan gaun Sandra tampak polos, dengan hanya dihiasi renda mini di bagian dadanya dan sulaman benang yang rapi di bagian perutnya, yang menonjolkan kesan sederhana tapi anggun.
Pinggang Sandra yang ramping tampak jelas karena gaun itu dipersempit dibagian pinggang dan dihiasi dengan taburan manik-manik berbentuk pola garis. Dibagian bawahnya, rok gaun yang putih dan mengembang tampak cantik dengan taburan manik-manik berpola bunga. Rok itu berekor panjang, sehingga bagian belakangnya menyapu karpet kamar itu. Sandra memang sengaja memilih untuk memakai petticoat, karena gaun bermodel seperti gaun putri raja adalah impiannya sejak dulu.
Wajah Sandra dirias dengan amat baik dan serasi oleh Lei. Alis mata Sandra tampak lentik dan eye-shadow pink yang berkilau tampak serasi dipadukan dengan alisnya yang ditebalkan sempurna dengan eye pencil. Pipinya tampak merona dengan riasan make-up dan bedak, sementara bibirnya yang dilapisi lipstick merah terang tampak sensual. Sandra sengaja tidak menyanggul rambutnya, ia lebih memilih untuk membiarkan rambut panjangnya yang hitam tergerai bebas. Bando bunga sutra dipasangkan untuk menghiasi rambutnya yang tampak indah tergerai bebas. Penampilan Sandra memang tampak amat cantik, bahkan Sandra merasa penampilannya ini jauh lebih cantik dari penampilan-penampilannya sebelumnya.

“Bagaimana?” tanya Lei
“Bagus, saya benar-benar senang dengan penampilan ini.”
“OK, sekarang, silahkan anda minum pil ini.” Lei tiba-tiba menyodorkan sebutir pil dan segelas air untuk Sandra.
“Eh? O… obat apa itu?” Sandra terhenyak sesaat melihat pil yang ada di telapak tangan Lei. Sebuah firasat yang tidak mengenakkan langsung muncul di benak Sandra.
“Ini untuk servis anda ke Mr. Wang. Anda kami kontrak untuk itu.”
“Apa kaitannya dengan obat ini? Memangnya servis apa yang harus saya berikan?! Bukannya di kontrak saya tertulis kalau satu-satunya kewajiban saya adalah menjadi model eksibisi anda?” Sandra semakin kebingungan dan cemas.
“Ya, hal itu memang benar. Anda juga telah menandatangani kontrak dengan Mr. Wang bukan? Kontrak itu berisi pernyataan bahwa kami diizinkan untuk menggunakan anda sebagaimana kami kehendaki. Termasuk didalamnya anda wajib mematuhi semua perintah kami tanpa membantah. Sekarang kami ingin menggunakan jasa anda untuk melayani Mr. Wang dengan tubuh anda. Ini obat anti hamil supaya anda tidak hamil dari kegiatan anda dengan Mr. Wang.” Beber Lei dengan tenang. Seketika itu pula, Sandra merasa bagai disambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan Lei barusan.
“Apa?! Ini lelucon yang tidak lucu! Miss Lei!” bentak Sandra setengah tidak percaya.
“Saya tidak ingat kalau saya berkata bahwa ini lelucon, Miss Sandra. Ini adalah fakta. Anda telah menandatangani kontrak dengan kami dengan sukarela, maka kami berhak untuk memerintahkan anda untuk melakukan apapun.” Lei sama sekali tidak merespon kegundahan Sandra, malah Lei dengan tenang merapikan kacamatanya tanpa menghiraukan Sandra.

Mendengar pernyataan Lei, sejenak kepala Sandra serasa melayang. Ia tidak percaya kalau ia berhasil diperalat untuk menandatangani kontrak yang melacurkan dirinya. Kontrak berbahasa Mandarin yang ia tandatangani, yang disangkanya sebagai kontrak modelling ternyata malah merupakan surat kontrak bagi pelacur. Sandra tentu tidak rela kalau dirinya harus melayani lelaki tua seperti Mr. Wang. Bagaimana mungkin artis yang diidolakan oleh orang-orang sepertinya harus melayani seorang pria tua sebagai seorang pelacur? Hal itu benar-benar menghina dirinya dan menurunkan derajatnya sebagai seorang wanita.
“Tidak, saya tidak mau!! Saya akan tuntut kalian! Ini penipuan namanya!!” bentak Sandra.

Sandra segera berlari keluar dari kamar hotel dengan panik tanpa sempat mengganti busananya lagi. Ia berusaha untuk kabur secepat mungkin dari kengerian yang sebentar lagi menimpanya. Sandra berhasil membuka pintu kamar itu, namun belum sempat ia berlari keluar kamar, tiba-tiba sesosok tubuh yang kekar dri luar kamar itu langsung menangkap lengannya, memiting tangan Sandra ke pinggang dan dengan sigap menutup mulutnya sehingga suara Sandra teredam penuh. Sandra berusaha berontak, namun gaun yang dipakainya membuatnya tidak bisa leluasa bergerak dan tenaga orang itu membuat tangannya semakin terasa sakit.

Sandra sempat melihat sosok itu, yang rupanya adalah Ray, polisi Taiwan yang tadi ditemuinya di kantor Pak Sanjaya. Ray segera mendorong tubuh Sandra kembali masuk kedalam kamar hotelnya. Sandra tidak bisa melawan keras karena gaun pengantinnya membatasi pergerakannya sementara rasa sakit menyiksa tangannya yang terkunci oleh pitingan Ray. Hanya terdengar suara teredam dari mulut Sandra yang masih dibekap oleh telapak tangan Ray yang besar.

“Good job, Ray.” Puji Lei pada Ray yang masih mendekap tubuh Sandra dengan erat. Sandra tampak meronta-ronta kecil dengan suara yang teredam.
“Agh!” Sandra mengaduh saat Ray melepaskan dan mendorong tubuh Sandra dengan keras sehingga Sandra jatuh terjerembab ke ranjang itu. Sandra tidak bisa melawan banyak menghadapi tenaga pria yang kekar seperti Ray. Sandra melihat sekelilingnya dan dilihatnya Pak Sanjaya sedang duduk diatas ranjang itu sambil tersenyum. Pak Sanjaya segera bangkit dan mendekati Sandra.
“Pak Sanjaya! Apa-apaan ini!” Sandra tampak ketakutan melihat kedua pria itu dihadapannya. Pak Sanjaya hanya tersenyum menyeringai.

“Good job, Ray and Lei! She’s also a bitch, I see…” hina Pak Sanjaya pada Sandra.
“Kurang ajar! Jangan bicara sembarangan!” Sandra kembali berontak, namun Ray dengan sigap mencengkeram leher Sandra dengan tangannya dan mencekik Sandra diatas ranjang itu, sehingga tubuh Sandra tertahan di ranjang itu. Sandra megap-megap berusaha mengambil nafas karena cekikan Ray itu.
Lei memegang tangan Ray sambil menggeleng memberi isyarat. Seolah mengerti, Ray mengendurkan tekanannya dileher Sandra, sehingga Sandra bisa lebih leluasa bernafas, namun tekanan itu dapat menghentikan perlawanan Sandra.

“Itu fakta, Sandra. Suara lenguhan anda terdengar jelas sampai keruangan ini.” Jawab Pak Sanjaya. Rupanya sedari tadi ketiga orang itu telah bersiaga dikamar itu secara diam-diam, sehingga mereka dapat mendengar suara lenguhan Sandra yang sedang bermasturbasi dengan jelas.
Seketika itu pula Sandra mati kutu, ia tidak bisa membalas perkataan Pak Sanjaya karena ucapan lelaki itu memang benar. Memang tadi Sandra sempat bermasturbasi didalam kamar mandinya itu, sesuatu yang amat disesalinya saat ini. Sandra melihat ketiga orang itu dengan pandangan penuh kemarahan dan kebencian yang mendalam terhadap orang-orang itu.

“Kenapa? Mau menuntut kami? Better not to try it, Miss.” Ejek Pak Sanjaya.
“Anda telah masuk kedalam perangkap kami dan tidak mungkin anda bisa menghindari kontrak anda. Lebih baik anda menurut, atau karir anda akan melayang.” timpal Lei.

Sandra tampak tidak terpengaruh dengan ucapan Lei itu. Mana mungkin orang-orang Taiwan ini bisa merusak karirnya yang sudah gemilang di Indonesia? Hal itu tidak lebih dari sebuah propaganda konyol untuk menakut-nakutinya semata.

“Cantik tapi bodoh ya? Saya agak kecewa…” ujar Pak Sanjaya sambil menghela nafas.
“I’m tired of playing these games, Lei. Can you explain to this stupid girl? Maybe she’ll understand.” tanya Pak Sanjaya meminta Lei untuk menjelaskan keadaan pada Sandra. Sandra merasa amat tersinggung saat ia disebut “bodoh” oleh Pak Sanjaya.
“Up to you, Boss.” Jawab Lei mengiyakan permintaan Pak Sanjaya itu.

“Nona Sandra, apa anda sama sekali tidak curiga kalau kami melarang anda untuk membawa atau memberitahu agen anda tentang kontrak kita?” tanya Lei.
“Poin pertama: Agen anda tentunya akan marah apabila mereka tahu kalau anda meneken kontrak tanpa mendiskusikannya pada mereka bukan?” lanjutnya. Pikiran Sandra tiba-tiba mulai jelas dengan muslihat orang-orang ini.
“Tampaknya anda mulai mengerti. Ya, anda bisa saja menuntut kami, tapi jangan harap ada yang akan membantu anda di Indonesia. Bisa dibilang kalau anda telah mengkhianati agen anda, image anda sebagai artis baik-baik sudah hancur sejak anda menerima tawaran kami untuk ke Taiwan.” Papar Lei.
“Poin kedua: apabila media tahu apa yang terjadi pada anda di Taiwan, menurut anda apa yang terjadi? Saya dengar pers di Indonesia sangat tajam dengan hal seperti ini. Mereka pasti menganggap ini adalah balasan yang setimpal karena pengkhianatan anda yang dibutakan oleh materi dan uang. Tidak akan ada yang mau mendukung anda dan sudah jelas anda akan mendapat cap sebagai wanita murahan.” Imbuhnya.

Sandra semakin tidak berdaya mendengar perkataan-perkataan Lei. Kepercayaan dirinya yang tadinya begitu kokoh langsung runtuh begitu menyadari kalau ia telah terjebak sepenuhnya dalam rencana yang tersusun sangat rapi oleh orang-orang itu.

“Poin ketiga: anda telah menandatangani kontrak berdasarkan hukum Taiwan dan anda telah menyatakan persetujuan anda. Apabila anda melanggar kontrak itu, anda bisa berurusan dengan aparat di Taiwan atau didenda dengan nominal yang amat tinggi. Kami punya koneksi ke aparat kepolisian Taiwan. Inspektur Ray contohnya, maka kami bisa meyakinkan anda bahwa anda tidak akan diekstradisi ke Indonesia sebelum mendapatkan pelajaran dari mereka.”
“Poin terakhir: Anda sekarang berada di Taipei, ditengah Taiwan. Anda pikir siapa yang akan menolong anda?” ungkap Lei sambil berlalu pergi keluar kamar itu.
Begitu mendengar poin terakhir yang diutarakan Lei, seketika itu pula sekujur tubuh Sandra terasa lemas, semangat dan tenaganya untuk berontak langsung lenyap. Ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak punya jalan lain selain mematuhi semua keinginan orang-orang ini.

“Sekarang kamu tahu kenapa kamu saya panggil bodoh? Ada lagi, Mr. Wang juga fasih berbahasa Inggris, bodoh!” ejek Pak Sanjaya. Sandra segera menangis menyadari bahwa ia sudah tertipu mentah-mentah oleh Pak Sanjaya. Air matanya langsung mengalir turun membasahi wajahnya. Sandra sama sekali tidak menduga kalau Mr. Wang bisa berbahasa Inggris. Seharusnya ia sudah curiga sejak Mr. Wang mengamati isi kontrak yang berbahasa Inggris dengan seksama.

“Lebih baik kamu tidak macam-macam. Kalau kamu menurut, maka kami akan mengembalikan kamu ke Indonesia setelah konrtakmu selesai. Kami bisa jaga rahasia, percayalah.” Tiba-tiba Pak Sanjaya menimpali.
“Atau kamu bisa bekerja disini, seperti Lei.” Lanjutnya. Sandra membelalak mendadak tidak percaya dengan ucapan Pak Sanjaya itu.
“Maksud anda… Miss Lei…agh.. dia…” ujar Sandra terbata-bata karena cekikan Ray di lehernya.
“Yaa, Seperti kita, Lei juga Indonesian-Chinese. Kamu kira orang Taiwan bisa bisa bahasa Indonesia seperti itu? Baiklah, saya akan menceritakan sedikit tentang Lei.” jawab Pak Sanjaya.

Pak Sanjaya mulai bercerita dan akhirnya teka-teki masa lalu Lei terungkap juga, Lei adalah juga adalah korban dari jebakan Pak Sanjaya. Belasan tahun yang lalu, ada seorang gadis Indonesia yang baru menapaki karir modelingnya sebagai seorang model amatir. Pak Sanjaya berhasil menipu gadis itu dengan iming-iming kesempatan berkarir diluar negeri gadis itu pun terpaksa merelakan harga dirinya direnggut oleh penipuan itu. Saat dipulangkan ke Indonesia, keluarga gadis itu tidak mau menerimanya kembali akibat aib yang menimpa gadis itu. Akibatnya, gadis itu tidak menolak tawaran yang diberikan Pak Sanjaya sebagai sekretarisnya. Dari sanalah Pak Sanjaya memberi gadis itu nama “Lei” yang sampai saat ini masih digunakannya sehari-hari.

“Don’t worry, kami tetap akan menampilkan you di panggung modeling Taiwan atau menaikkan karier kamu di Indonesia, terserah kamu. Itu sesuai dengan kontrak yang kamu baca. Saya bukan penipu… I’m a real businessman dan entertainer, saya hanya merangkap sebagai trafficker!” lanjut Pak Sanjaya sambil menyeringai.
“Tapi, kamu harus menuruti semua perintah kami dulu!!” lanjut Pak Sanjaya.
“Kalau… uhk… saya… tidak… mau? Uhk!” tanya Sandra terbata-bata karena ia sulit bernafas.
“Kamu bisa kami ekspor ke Cina atau Jepang untuk jadi pelacur disana! Beberapa gadis Indonesia dan Malaysia yang melawan sudah kami kirim kesana dan mereka sudah sukses, sebagai pelacur.” Jawab Pak Sanjaya santai.

Sandra sadar ia tidak mungkin menolak tawaran Pak Sanjaya ini. Bayangan dirinya yang bekerja sebagai pelacur di negeri yang asing sudah lebih dari cukup untuk membuatnya mengurungkan niat melawan orang-orang ini. Mungkin ia akan kehilangan kehormatannya disini ataupun bekerja sesuai perintah Pak Sanjaya selama ia terikat kontrak itu, namun setidaknya ia bisa kembali pulang ke Indonesia dan terhindar dari pemerasan lebih lanjut.

“So?” tanya Pak Sanjaya sambil mengrenyitkan matanya dengan tajam menatap Sandra.
“I… accept…” ujar Sandra dengan lirih, menerima tawaran Pak Sanjaya.
“Good, good! Rupanya kamu memang tidak bodoh, Sandra.” Ejek Pak Sanjaya sambil tertawa-tawa. Pak Sanjaya menepuk pundak Ray dan berbicara dalam bahasa Mandarin; memerintahkan Ray untuk melepaskan cekikannya. Ray mengangguk tampak mengerti, segera dilepaskannya cengkeraman dileher Sandra. Sandra pun langsung terbatuk-batuk dan tersengal-sengal mengambil nafasnya.

“Lei, sini!” panggil Pak Sanjaya.
“Ya, bos?” jawab Lei yang berjalan menghampiri Pak Sanjaya.
“Tolong siapkan Sandra tentang cara melayani yang baik. Malam ini dia sudah harus siap!” perintah Pak Sanjaya.
“Whatever you wish.” Jawab Lei patuh.
“Good, I’m counting on you!” Pak Sanjaya tersenyum sambil menepuk-nepuk pundak Lei. Pak Sanjaya menoleh dan melihat Sandra yang masih terbaring lemas diatas ranjang itu, seringainya kembali muncul.
“Lei sudah banyak pengalaman dan ahli! Pastikan kalau kamu belajar darinya atau kamu jadi barang ekspor besok! Jangan coba-coba kabur, Ray akan menunggu diluar!” ancam Pak Sanjaya pada Sandra sambil berlalu pergi ditemani oleh Ray. Lei segera membuka koper hitam yang dibawanya dan mengeluarkan isinya dihadapan Sandra yang hanya bisa terisak meratapi nasib malangnya itu.

“Nah, minumlah pil itu dulu kalau anda tidak mau hamil.” Saran Lei pada Sandra sambil mengulurkan pil itu kepada Sandra. Sandra dengan penuh keterpaksaan menelan pil anti hamil itu.
“Ah!” Sandra menjerit saat Lei tiba-tiba menarik pergelangan tangan Sandra dan melorotkan sarung tangan Sandra hingga sikut Sandra terlihat. Lei kembali mencari sesuatu didalam koper hitam itu. Akhirnya ia menemukan benda yang dicarinya itu dan mengeluarkannya dari koper. Sandra tampak tertegun saat melihat sebuah tabung jarum suntik yang penuh berisi semacam cairan bening sedang tergenggam ditangan Lei. Tampak Lei membuka sebungkus jarum suntik yang masih steril dan memasangkannya ke tabung jarum suntik itu.

“A… aapa itu?” tanya Sandra khawatir.
“Jangan takut. Ini bukan narkoba, saya jamin anda tidak akan ketagihan. Ini untuk servis anda nanti.” Beber Lei.
“Tidak, saya tidak mau disuntik!” jawab Sandra sambil menarik tangannya dari cengekeraman Lei.
“Apa perlu saya panggil Ray? Kalau anda menurut, saya tidak akan melakukan hal-hal yang akan melukai anda. Atau mungkin anda memang ingin Ray yang memaksa anda?” ancam Lei.
Sandra menggeleng. Tentu saja ia tidak mau berurusan lagi dengan pria sangar seperti Ray yang tadi bertindak kasar padanya. Mungkin memang lebih baik apabila ia mau menuruti perintah Lei. Sekali lagi, dengan terpaksa, Sandra mengulurkan tangannya kepada Lei; yang segera menyuntiknya dengan cairan itu. Sandra melihat Lei kembali mengisi ulang suntikan itu dan menyuntikkan cairan yang sama ke tubuhnya sendiri dan meminum sebutir pil merah.

Saat mengamati gerak-gerik Lei, tiba-tiba kepala Sandra terasa melayang sejenak dan tubuhnya terasa ringan seolah terbang diatas awan. Sandra pun langsung rebah diatas ranjangnya itu. Detak jantung Sandra terasa semakin cepat, wajahnya memerah dan vaginanya terasa berdenyut-denyut. Lei tersenyum saat melihat obat itu mulai bereaksi didalam tubuh Sandra, ia pun segera berbaring terlungkup diatas Sandra sambil menyibakkan rambut indah Sandra itu.
“Sekarang, mari kita mulai pelajaran anda.” Bisiknya sambil melepas kacamatanya dan tersenyum. Sandra tidak bisa berbuat banyak lagi, rasanya ia kehilangan seluruh tenaganya. Sekarang Sandra hanya bisa pasrah menuruti perintah Lei.

Sementara itu, Pak Sanjaya segera keluar dari hotel itu dan kembali ke kantornya untuk membereskan pekerjaan yang masih tersisa. Setelah selesai, Pak Sanjaya segera menjemput Mr. Wang di restorannya sambil menunggu Lei selesai mengajari Sandra. Saat bertemu dengan Mr. Wang, kedua pria itu segera berbincang-bincang mengenai bisnis mereka. Mr. Wang cukup bahagia dengan keuntungan perusahaannya, wajahnya semakin ceria saat mendengar “pesanannya” sudah datang dan siap dipakai sebentar lagi. Kedua pria itu lalu memuaskan diri mereka dengan menenggak beberapa gelas arak. Selama beberapa jam mereka tampak akrab bercengkerama sambil menyantap hidangan dan meminum arak sepuas hati mereka.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, tidak terasa sudah 5 jam sejak Pak Sanjaya meninggalkan Sandra dan Lei. Mereka pun segera meluncur ke hotel tempat Sandra menginap untuk mendapatkan hiburan yang sudah mereka tunggu dari tadi.

Sesampainya di hotel, mereka segera menuju ke kamar Sandra. Pak Sanjaya melihat Ray masih bersiaga didepan pintu kamar itu. Ray mengacungkan jempolnya saat melihat Pak Sanjaya, memberi tanda bahwa semua berjalan lancar. Mr. Wang menunggu tanda dari Pak Sanjaya diluar kamar sambil ditemani oleh Ray, sementara Pak Sanjaya segera masuk ke kamar itu untuk melihat persiapan Lei dan Sandra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar